15 Jul 2019 | Dilihat: 1172 Kali

Acara Kemah Wisata Dikeluhkan Pengunjung

noeh21
Acara pembukaan kemah wisata di Pantai Alaek Sektare, Desa Lantik, Kecamatan Teupah Barat, Simeulue.
      
IJN - Simeulue I Pembukaan acara kemah wisata yang digelar Dinas Kebudayaan dan Provinsi Aceh serta Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Simeulue di Pantai Alaek Sektare, Desa Lantik, Kecamatan Teupah Barat, Kabupaten Simeulue.  Sempat diguyur hujan lebat, sejumlah acara hiburan terpaksa dibatalkan secara mendadak sebelah pihak oleh pembawa acara mengingat kondisi cuaca yang ekstrim.

Acara kemah wisata pertama kali digelar di Simeulue, yang dimulai sejak 14 hingga 16 Juli 2019 mendatang, dibuka langsung oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Jamaluddin, SE, M. Si. Ak, ribuan masyarakat yang datang dari berbagai daerah tampak meninggalkan lokasi dikarenakan selain diguyur hujan lebat juga mulai memasuki larut malam.

Seyogyanya hiburan yang disuguhkan kepada masyarakat dari band lokal Aceh yakni Jelantank, gagal menampilkan performa, belum lagi hiburan seperti nandong dan debus juga gagal diperlihatkan.

Selain didera hujan lebat, pantauan media ini di lokasi Pantai Alaek Sektare terlihat seratusan kemah yang disediakan Event Organizer (EO) terlihat ditinggalkan peserta akibat terpaan hujan dan tiupan angin kencang, hal itu disebabkan kemah wisata ada yang roboh akibat diterpa kencangnya angin, sebagaian panitia bergerak untuk memperbaiki kemah meski larut malam.

Seratusan kemah yang telah berjejer di tepi pantai juga tidak disediakan lampu penerang sehingga keselamatan peserta tidak terjamin, pasalnya kondisi kemah yang gelap gulita.

Di lokasi kemah wisata juga dikeluhkan salah seroang pengunjung, Arabia mengungkapkan bahwa semestinya panitia memisahkan antara kemah wisata yang dihuni perempuan maupun laki laki, hal ini mengingat Simeulue masih menjadi wilayah Provinsi Aceh yang menerapkan syariat Islam.

Selain itu Arabia juga mempertanyakan di tempat acara kemah wisata tidak terlihat adanya Wilayatul Hisbah (WH) atau Polisi Syariat Islam, hal ini dirasa perlu untuk mencegah adanya potensi pelanggaran syariat Islam.

Acara kemah wisata yang digelar perdana di Simeulue itu menelan biaya yang berjumlah tidak sedikit, terlihat bahwa acara kemah wisata tersebut menelan dana yang bersumber dari Dana Otonomi Khusus Aceh (Doka) sebanyak Rp 850 juta lebih.

Hingga acara pembukaan berlansung, sejumlah stand terlihat masih belum bersolek dan terlihat masih adanya beberapa stand yang terlihat tidak ada kegiatan.

Dari segi tempat amenitas juga dikeluhkan peserta yang datang, bagaimana tidak di tempat buang hajat tersebut tidak disediakan air, sehingga terkesan aroma yang tidak mengenakan.

Seperti yang dikeluhkan Tarmizi, dirinya mengaku kesulitan untuk buang air kecil dikarenakan pada MCK yang telah disediakan oleh penyelengara tidak terdapat adanya air.

Padahal even kemah wisata merupakan satu satunya even tahun ini yang digelar di Simeulue, acara yang digadang gadang akan menjadi acara yang besar namun masih jauh dari yang diharapkan. Hal ini terlihat penyelengara seperti mengabaikan fasilitas yang sewajarnya disediakan.

Sebelumnya pada acara pembukaan kemah wisata Kadis Kebudayaan dan Pariwisata Aceh berharap event yang digelar di Simeulue ini bisa mendongkrak wisatawan yang datang ke Simeulue. (Red).

 
Sentuh gambar untuk melihat lebih jelas
Sentuh gambar untuk melihat lebih jelas