02 Des 2020 | Dilihat: 683 Kali

Dekan FPIK Unpad: Maritim Kita Perlu Perhatian Khusus

noeh21
Dekan FPIK Unpad Dr. sc. agr. Yudi Nurul Ihsan, S.Pi., M.Si
      
IndoJayaNews  – Ternyata ada yang menyeruak di dunia perikanan saat ini yang sedang terpuruk, ironinya gegara keberhasilan komisi anti rasuah KPK, pada Rabu, 25 November di Bandara Soetta mencokok Menteri KKP, Edhy Prabowo beserta enam orang lainnya. Akhirnya, dugaan kuat patgilipat ekspor benur terkena kutukan dan terkena batunya. 

Dekan FPIK Unpad Dr. sc. agr. Yudi Nurul Ihsan, S.Pi., M.Si., yang dikenal cukup dekat dengan kalangan pegiat media, kembali angkat suara "sepertinya, dunia maritim kita perlu perhatian khusus".

“Paling awal duka cita untuk dunia perikanan kita, wajib saya sampaikan. Namun, saya percaya dan optimis, dari peristiwa yang menyesakkan dada bangsa Indonesia, akan muncul pelajaran berharga. Move on-lah segera, sementara kasus ini tuntas secara hukum. Insya Alloh, kita bisa lebih memandirikan dunia perikanan kita lebih kuat dan terprogram baik,” ujarnya kala ditemui dalam bingkai acara berthema Membangun Industri Perikanan yang Tangguh, tempatnya di Gedung UTC Unpad Jl. Ir. H. Juanda No 4/Sultan Agung (1/12/2020).

“Peraturan Menteri No.12 Tahun 2020 di zaman Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo yang menggantikan Peraturan Menteri sebelumnya adalah kebijakan yang progresif. Penangkapan benih lobster tak akan mengganggu ekosisem dan ekologi di laut” ungkap Yudi Nurul Ihsan yang punya perhitungan, sedikitnya ada 4 milyar ekor benur tiap tahun berada ‘terjebak’ di perairan kita, sambil menambahkan – “Namun, harus ada upaya membangun infrasutruktur budidaya lobster di dalam negeri!”

Memperkuat pendapat Yudi Nurul Ihsan yang selama di Gedung UTC Unpad saat jeda tiba, kepada para pewarta ia menyatakan hari ini adalah ulang tahunnya, ”Tapi takkan bilang-bilang yang ke berapa?”, ujarnya yang ahirnya diketahui para pewarta secara bisik-bisik, Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unpad ini kelahiran tahun 1975, selanjutnya demi membangun industri perikanan nasional yang tangguh itu:

“Bila perlu kita sudah punya Uncang-undang Cipta Kerja yang salah satunya membuat kemudahan di sektor investasi dunia perikanan, undanglah investor Vietnam untuk melakukan budidaya lobster di dalam negeri. Yakin, mereka mau,” ujar Yudi.

Ditanya, mengapa selama ini dunia perikanan kita, khususnya budidaya lobster sepertinya – koq terpuruk banget? Malah kenapa Vietnam yang dulunya pernah belajar dari Indonesia soal budidaya perikanan begitu maju secara ekonomi, utamanya?

Menjawab pertanyaan ini:”Selama 5 tahun terakhir, kita tidak mengarah ke sana (tidak ada road map yang jelas- red). Tidak ada perhatian dari KKP, katakanlah seperti itu. Padahal itu, kunci sektor perikanan,” ujarnya dengan mengilustrasikan Australia adalah negara yang berhasil menggali potensi kelautannya dengan cukup baik, selain Vietnam yang memiliki pasar yang jelas dan besar ke negeri China, dengan catatan – “Benur lobster Vietnam itu 80% dari kita (Indonesia), dulu itu caranya melalui selundupan!”

Ada Dukungan Eka Santosa

Lebih jauh kata Yudi yang selalu optimis, pemerintah ke depan harus lebih fokus membangun sektor perikanan, “Seperti Vietnam, malah pernah menjadi pengekspor ikan nila terbesar di dunia, karena mereka fokus.”

Beberapa menit usai sesi pertemuan ini redaksi mengontak tokoh Jawa Barat Eka Santosa, ternyata kembali Eka merekomendasikan:”Siapa tahu bisa bersaing secara sehat, menggantikan Pak Edhy Prabowo yang kursinya kini diisi secara Ad Interim oleh Pak LPB (Menko Bidang Kemaritiman & Investasi). Yakinlah Pak Jokowi sedang mempertimbangkan secara matang the rising star from Tatar Parahyangan ini,” kata Eka Santosa dari seberang telepon sambil menambahkan –“Berangkat dari teori dan dunia akademis, banyak  gagasannya sudah terbukti dari Kang Yudi Nurul Ihsan ini, untuk keberhasilan budidaya ikan di Pangandaran, itu contoh kecilnya. Ini bisa diterapkan se Indonesia.”

Yang Tangguh itu …

Kembai ke Yudi yang kini mulai ramai digadang-gadang bersama mantan Mentri KKP sebelumnya Susi Pudjiastuti, dan Sandiaga Uno masuk ke bursa pengganti Edhy Prabowo, yang spekulasinya menurut para pengamat politik – bisa saja diselipkan saat ada reshuffle kabinet dalam waktu dekat:

“Bayangkan potensi perekonomian perikanan kita, bsa 3 atau 4 kali APBN. Garapannya, mulai udang jenis ikan pelagis, sektor penangkapan (tangkap), industri pengolahan, dan ke depan menguat ke frozen food yang sangat menjanjikan,” ujarnya dengan menguraikan alasan selama ini karena kita – “Kerap masih memunggungi laut, terlalu banyak mengandalkan sumber daya di darat. Padahal di darat semakin lama semakin berkurang. Laut selama ini kita lupakan, justru potensi besar kita ada di laut.”

Berbicara soal lobster (benur bening) yang menurut perkiraannya di perairan kita setiap tahun ada sekitar 4 milyar, kata Yudi bila 25% dari lobster karunia alam yang terperangkap  secara alami di perairan Indonesia dibudidayakan:

“Rata-rata harga seekor benur itu Rp. 10 ribu  X 1 miliar ekor sama dengan Rp. 10 triliun dari benur saja. Apalagi bila kita membesarkannya dengan survival rate hingga di atas 60% (seperti Vietnam). Maka perputaran ekonomi itu bisa 1 M benur X 60% lalu dikali harga lobster yang rata-rata bisa mencapai antara Rp. 500 ribu hingga Rp 1 juta per kilo. Bayangkanlah ada perputaran ekonomi yang sangat besar, berkali-kali dari APBN kita, dan ini adalah salah satu sumber devisa yang selama ini ‘tidur’ atau jarang diperhatikan negara. Optimislah, bila dikelola dengan benar industri perikanan kita akan berprospek cerah dan tangguh, tentunya. Kembalilah ke potensi maritime kita. ”

Menyinggung, geliat dunia perikanan sejatinya adalah kunci pemulihan ekonomi Indonesia, terutama menghadapi pandemi Covid-19, Yudi Nurul Ihsan, kembali mengunci, bila dibandingkan prospeknya dengan potensi di daratan: “Perikanan tangkap yakni hari ini nelayan pergi ke laut, hari itu juga nelayan mendapat ikan. Hari ini nelayan menjual ikan, dan hari itu pula nelayan mendapatkan nilai ekonomi,” paparnya sambil menambahkan – Memang perlu ada political will, khususnya anggaran lebih besar tercurah untuk dunia perikanan, jangan seperti sekarang yang hanya sekitar Rp. 6 triliun per tahun. Malah katanya, ada sekitar Rp. 8 triliun yang dikembalikan oleh Menteru KKP yang dulu. Ini aneh saja, jadinya.”

“Maka untuk pemulihan ekonomi yang cepat, kita harus dorong industri perikanan tangkap segera mungkin, artinya pelabuhan di Indonesia harus dilengkapi sarana yang baik, lalu dikelola dengan sistem intiplasma, jadi kita dorong nelayan kecil untuk menangkap ikan, kemudian ada industri besar yang siap menampung hasil tangakapan nelayan kecil,” tegas Yudi Nurul Ihsan, “Ini adalah pendekatan model ekonomi kerakyatan yang harus dikembangkan, karena 70 persen Nelayan di Indonesia merupakan nelayan kecil,” ungkapnya, sambil tak lupa ke depan dunia pangan kita beraih frozen food yang semakin menjanjikan.

Penulis : Harri Safiari
Sentuh gambar untuk melihat lebih jelas