29 Des 2023 | Dilihat: 190 Kali

Mahasiswa Ilmu Politik USK Kecam Aksi Penyerang Pengungsi Rohignya

noeh21
Dalam basement gedung BMA yang merupakan tempat pengungsian sementara etnis Rohingya, massa mahasiswa berhasil mengeluarkan etnis Rohingya menuju mobil truk yang disediakan. (REUTERS/Riska Munawarah)
      

IJN - Banda Aceh | Mahasiswa Ilmu Politik Universitas Syiah Kuala (USK) mengecam aksi pengusiran paksa dan penyerangan terhadap pengungsi Rohingya di Balai Meuseuraya Aceh (BMA).

Restu Gilang Sanjaya mengatakan, tindakan yang di lakukan oleh sekumpulan aliansi yang mengatasnamakan mahasiswa itu sangat Unmoralitas.

"Itu bisa kita katakan sangat tidak beretika, padahal Mahasiswa sangat menjunjung tinggi nilai pemikiran moralitas yaitu Etika, baik dalam menyampaikan pendapat hingga nilai sosial yang memperlakukan tamu, terlepas tamu itu sendiri tidak memiliki indentitas dan dokument kenegaraan yang jelas, tetapi nilai sosial keagamaan mengharuskan kita memperlakukan mereka dengan adab yang layak,"kata Restu Gilang dalam keterangannya kepada Indojayanews, Jum'at 29 Desember 2023.

Gilang menyebutkan, aliansi yang mengatasnamakan Mahasiswa yang menyerbu Etnis Rohingya itu sebagai bentuk kebodohan seorang korlap yang memotori pergerakan massa.

Mereka, kata dia, berdemonstrasi untuk kembali menuntut Pemerintah Pusat agar segera mengakhiri persoalan secara serius terkait pengungsi Rohingya ini. "Karena selama ini pemerintah pusat tampak sangat tidak serius dalam persoalan terkait dengan pengungsi Rohingya, sehingga mereka menilai Pemerintah tidak bertanggung jawab terhadap persoalan yang ada," ucapnya.

Restu Gilang menyebutkan, Presiden Jokowi sudah perintahkan Menkopolhukam Mahfud MD untuk menangani persoalan pengungsi Rohingya, namun Menteri koordinator Bidang politik hukum, dan keamanan, sendiri diduga kurang serius dalam menanggapi persoalan yang ada.

"Terlepas beliau (Mahfud MD) memiliki kesibukan yang lain, tetapi itu tidak bisa kita terima, tentunya dengan alasan apapun yang berpotensi munculnya permasalahan yang baru, itu yang menjadi keresahan kita bersama sebenarnya, sehingga mengharuskan kita mempertanyakan letak keseriusan Pemerintah pusat untuk berkoordinasi dengan Pemda dan UNHCR ,"tegasnya.

Restu Gilang berharap kedepan tidak ada lagi Aliansi-aliansi aksi yang tidak bermoral seperti itu, karena itu sudah melanggar hukum sosial dan hukum agama yang menimbulkan kerusuhan di saat mereka sedang beribadah, maka dengan itu ia juga menyarankan agar tindakan seperti itu tidak terulang kembali yang dapat menimbulkan tercorengnya Etik Kemahasiswaan.

"Yang seharusnya kita lakukan itu terus bersuara dan tetap mengawal isu ini hingga tuntas dengan melakukan aksi-aksi damai dengan substansi yang tepat dengan dasar kajian yang Komprehensif bukan malah mengurusi tugas dan fungsi pemerintah sebagai executor kebijakan dalam hal memindahkan pengungsi, sehingga kita sebagai Mahasiswa dan bersama Pemda serta Unsur-unsur lainnya  tidak buntu secara komunikasi yang intens nantinya, ia juga berharap komunikasi intens antara Pemerintah, masyarakat, Mahasiswa terus berjalan agar lebih cepat dan tepat dalam menghadapi Pengungsi Rohingya ini," demikian tutupnya.


Penulis: Hendria Irawan
Editor: Afrizal

Sentuh gambar untuk melihat lebih jelas