23 Apr 2020 | Dilihat: 1296 Kali

Miris, Nasib Warga Aceh di Malaysia dan Sudan Ditengah Covid-19 Belum Ada Perhatian

noeh21
Salah satu warga Aceh mulai kelaparan di Malaysia. IJN
      
IJN - Banda Aceh | Nasib warga Aceh yang menjadi TKI di Malaysia sungguh menyedihkan. Para pahlawan devisa negara itu satu persatu mulai kelaparan akibat kebijakan Pemerintah Kerjaan Malaysia menerapkan lockdown untuk pencegahan covid-19.

Tgk Bukhari, salah satu tokoh Paguyuban Aceh di Malaysia, kepada Media INDOJAYANEWS.COM kembali mengabarkan, saat ini mereka mulai kehabisan stok makanan. Satu persatui mulai keluar untuk mencari makan ke tempat tempat tertentu untuk bertahan hidup.

"Kemarin ada salah satu warga kita yang sudah sangat kelaparan, keluar dan melanggar kebijakan Pemerintah, sehingga terpaksa harus diamankan di kantor polisi," ungkap Tgk Bukhari, Kamis 23 April 2020.

Sungguh miris, menurut Tgk Bukhari, Pemerintah Aceh hingga saat ini sama sekali belum berkomunikasi dengan mereka yang sedang berada di negeri jiran Malaysia, sejak pemberlakuan lockdown oleh pemerintah setempat.

"Padahal kita sudah berulang kali berupaya menyampaikan kepada Pemerintah Aceh agar mencurahkan sedikit perhatian kepada warga Aceh yang ada di Malaysia, yang saat ini mulai mengkhawatirkan. Namun sayang, hingga hari ini belum ada respon," ungkapnya.

Tgk Bukhari turut mengirim beberapa gambar memperlihatkan sala satu warga Aceh yang sedang duduk mengharap belas kasih warga, karena kondisinya sudah sangat kelaparan akibat tidak ada lagi bantuan bahan pokok.

"Kami pun sebenarnya sudah berusaha keras mencari bantuan, bahkan bisa dikatakan sudah angkat tangan, karena tidak tahu lagi harus meminta bantu kepada siapa," ujarnya.

Untuk diketahui, Pemerintah Aceh sendiri menyiapkan 2,3 triliun dana, Rp1,7 triliun digunakan untuk masa penanganan covid-19. Selebihnya disiapkan untuk masa pemulihan.

Bukan hanya warga Aceh di Malaysia, sekitar 90 mahasiswa Aceh di Sudan, juga mengalami hal yang sama. Menurut Ketua Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Muammar Hanafiah Lc, saat ini para mahasiswa Aceh di Sudan tidak bisa keluar rumah akibar pemberlakuan lockdown oleh Pemerintah.

"Jika kami keluar maka akan didenda. Sementara kami disini ekonominya pas-pas-an, kita mulai kesulitan bahan pokok sehari-hari. Karena itu kita juga sudah sampaikan pemohonan bantuan kepada Pemerintah Aceh," kata Muammar Hanafiah Lc.

Muammar menuturkan, dirinya sudah melakukan komunikasi langsung dengan Pemerintah Aceh melalui Juru Bicara (Jubir) covid-19, Saifullah Abdul Gani (SAG), tapi justru disuruh berkomunikasi dengan pihak Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di negara tersebut.

"Pak SAG suruh kami komunikasi langsung dengan KBRI. Tapo, kami berharap Pemerintah Aceh turun tangan, karena selain menghadapi masalah covid-19, disini kami juga harus bertahan dari rasisme. Warga disini tidak suka kepada orang Asia karena dianggap membawa wabah," bebernya.

Karena itu, para mahasiswa Aceh memohon kepada Pemerintah Aceh segera mencari solusi kepada mereka yang sedang menempuh pendidikan di Sudan. "Kehidupan kita disini terancam, mohon kalau bisa kami dijemput saja, karena kampus juga sudah tutup hingga waktu tidak ditentukan," ungkapnya.

"Kepada Pemerintah Aceh, tolong kami Pak. Kami disini tidah tahu lagi harus bagaimana, karena kondisinya sangat mengkhawatirkan," demikian tutup Muammar Hanafiah, Lc.

Penulis: Hendria
Sentuh gambar untuk melihat lebih jelas