IJN - Aceh Singkil | Memasuki akhir tahun 2019, banyak proyek di Kabupaten Aceh Singkil, seputaran Kecamatan Singkil, Singkil Utara, yang telah selesai ditender dan jadwal penanda tanganan kontrak kerja, hingga kini terlihat dilapangan belum ada tanda-tanda dimulainya pekerjaan.
Padahal notabenye letak geografis kawasan Singkil dan Singkil Utara, dikala musim penghujan akhir tahun rawan banjir. Karena selain datarannya rendah, aliran sungai Singkil menampung buangan air kelaut dari sejumlah daerah tetangga.
"Sehingga mengakibatkan air sungai meluap dan membanjiri daerah setempat," ucap Mustafa Kamal, LSM Singkil Education People (SIEP) Aceh Singkil, Kepada Indojayanews.com, Minggu 18 Agustus 2019 malam.
LSM SiEP sangat menyayangkan hal tersebut, dikwatirkan pengerjaan sejumlah proyek yang menjadi dambaan masyarakat Aceh Singkil bisa-bisa terancam gagal dikerjakan tahun 2019 ini.
Seperti, pelaksanaan pembangunan jembatan Singkil-Kuala Baru, yang sudah sangat lama menjadi dambaan masyarakat itu hingga kini terpantau dilapangan belum ada tanda dimulainya pekerjaaan itu oleh rekanan pemenang tender.
Karena dilihat dari jendela LPSE Aceh dan Aceh Singkil, Mega Proyek Lanjutan Pembangunan Jembatan Kilangan, Singkil-kuala Baru dengan nilai pagu 48 Milyar, dan nilai penawaran kontrak sekira 42 milyar lebih itu tendernya sudah selesai dan ada pemenangnya.
"Bahkan melihat jadwal penanda tanganan kontraknya sudah dilakukan 17 sampai 21 Juni 2019 lalu, dengan histori perubahan 2 kali.namun hingga saat ini tanda-tanda dimulai pekerjaannya belum tampak ada aktivitas pekerjaan dilokasi proyek tersebut," ujar Mustafa.
Begitu juga dengan proyek Lanjutan Pembangunan Lapangan Bola Kecamatan Singkil Pengganti Lapangan Daulat Kecamatan Singkil senilai 1,2 Miliar lebih, hingga sekarang bernasib sama.
"Lokasi pekerjaan masih sepi dan belum ada drofing material dan peralatan pekerjaan yang beraktivitas disana," ungkapnya.
LSM SiEP Aceh Singkil, mengingatkan bahwa kawasan Singkil dan Singkil Utara merupakan kawasan langganan banjir. Apalagi biasanya di bulan September hingga Desember curah hujan semakin meningkat tinggi.
Ironisnya, tradisi sudah membuktikan bahwa bencana banjir acapkali menjadi alasan terlambat atau dan laiinya rekanan pelaksana proyek di dua kecamatan itu. Sekaligus menjadi batu sandungan bagi Pemkab Aceh Singkil menerima dampak kerugian materil bahkan inmateril dengan keterlambatan dimulainya pekerjaan proyek.
"Secara kasat mata mempertontonkan beberapa proyek menjadi terhenti atau terbengkalai pekerjaannya dengan alasan banjir. Khususnya proyek-proyek yang berlokasi dikawasan Singkil dan Singkil Utara, yang rata-rata terbengkalai itu salah satu penyebabnya keterlambatan dimulainya pekerjaannya," jelasnya.
Dengan begitu, LSM SiEP meminta, Gubernur Aceh, Bupati Aceh Singkil, Para Legislator dan Stekholder terkait lainnya, dapat mengevaluasi dan melakukan monitoring teknis dan kalender jadwal start kapan dimulainya pekerjaan proyek khususnya di dua kecamatan itu. Agar start pekerjaannya dapat dimajukan atau dipercepat mengingat debet hujan akhir-akhir ini hingga menutup tahun nantinya akan terus meningkat dan biasanya menyebabkan banjir mengenangi hampir 85% kawasan setempat.
Diharapkan, para pemimpin dan pihak-pihak terkait lainnya tidak segan untuk menindak rekanan yang coba memanfaatkan situasi dan kondisi Alam ini.
Karena kondisi alam yang demikian tidak menutup kemungkinan akan dimanfaatkan rekanan untuk meraup keuntungan pribadi yang sebesar-besarnya. Tanpa sedikitpun berjiwa membangun sebaik-baik mungkin dan semaksimal.
Dalam artian mengabaikan kualitas, mutu yang baik dan berdaya tahan yang cukup panjang sesuai spesifikasinya.
"Ini perlu kami sampaikan agar semua rencana pembangunan dapat tercapai, tidak sia-sia atau terlantar," tuturnya.
"Sehingga hasil pekerjaan pun dapat dimanfaatkan dan dirasakan oleh publik secara tuntas, dan pekerjaannya tidak berulang-ulang yang dikemudian hari dapat mengakibatkan pemborosan Anggaran disuatu titik tertentu saja," tandasnya.
Penulis : Erwan