IJN - Jakarta | Berdasarkan data Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) Sekretariat Wakil Presiden Republik Indonesia menyebutkan bahwa konsumsi makanan masyarakat Aceh dalam satu tahun sebesar 40.64 Triliun Rupiah, terbesar untuk makanan dan minuman 13.4 Triliun. Padi-padian 5 triliyun, ikan 5,3 triliun, dan rokok mencapai 5.5 Triliyun.
Bagi kelompok masyarakat dengan penghasilan tetap, tentu persoalan daya beli untuk konsumsi makanan bukanlah persoalan namun bagi masyarakat masuk dalam kelompok rentan dengan penghasilan pas pasan apalagi 800.000 rakyat Aceh yang masuk dalam basis data terpadu (BDT) dengan katagori miskin tentu akan menjadi persoalan besar.
Lalu apa yang harus dilakukan ditengah ruang gerak, kesempatan dan interaksi terbatas di tengah pandemi covid 19, salah satunya adalah mempraktekkan metode smart farming atau bertani cerdas.
Smart farming dalam pengertian biasa adalah mengunakan teknologi dan informasi untuk meningkatkan kualitas dan kuantititas produksi pertanian. Akan tetapi menggunakan semua potensi yang tersedia di sekitar kita untuk diolah berbasis pengetahuan juga bagian dari Smart farming.
Bagaimana menggunakan pekarangan rumah bersama anggota keluarga, mengolah sampah organik menjadi pupuk atau mempraktekkan pembuatan pakan ternak dan ikan untuk digunakan sendiri adalah juga bagian dari smart fariming. Atau ada tanaman selama ini kurang produktif dicarikan solusi agar dapat menghasilkan dengan baik. Semua bisa dilakukan karena ketersediaan waktu dan semangat untuk mempertahan jumlah konsumsi dan asupan gizi keluarga.
Dalam rilisnya ke Media, Muslahuddin Daud ketua PDIP Aceh menyampaikan, saran kepada pemerintah Aceh yang sedang melakukan refocusing anggaran bahwa perlu adanya kegiatan quick win kepada masyarakat yang sudah masuk katagori miskin dan mereka yang berdampak berat dari pekerjaan nonformal.
"Maka SKPA seperti Distanbun, Perikanan, dan Peternakan perlu melakukan reorientasi program yang langsung dapat membantu keringanan masyarakat.
"Saya beri contoh, pemerintah membudidayakan ayam kampung dengan menyediakan DOC atau bibit ayam yang telah dilakukan standar kesehatannya. Masyarakat diberikan pakan dan tinggal memelihara saja," jelas Muslahuddin Daud.
"Kalau saja satu KK diberikan 100 ekor, ayam maka dalam waktu 60 hari sudah menghasilkan 100 ayam dengan harga murah 40.000, maka sudah menghasilkan 4 juta. Ini hanya contoh kecil, bagaimana mensiasati economic recovery during and post covid 19," tutup Muslahuddin Daud.
Penulis : Hendria Irawan
Editor : Mhd Fahmi