27 Feb 2020 | Dilihat: 1293 Kali

Potensi Ekspor Sangat Besar, Aceh Butuh Pesawat Khusus

noeh21
Kepala Kanwil DJBC Aceh, Safuadi saat wawancara dengan media. Foto: IJN
      
IJN - Banda Aceh | Aceh merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memuliki potensi alam sangat besar di berbagai sektor. Baik pertambangan, pertanian, perikanan, pariwisata dan sektor lainnya. Aceh juga menjadi salah satu daerah pengekspor bahan baku hasil perikanan dan pertanian terbesar.

Tapi, proses ekspor hasil alam Aceh ke luar negeri selama ini dilakukan melalui daerah lain, seperti melalui pelabuhan Belawan Medan Sumatera Utara, atau melalui penerbangan kapal udara, hanya saja butuh waktu transit ke Medan terlebih dulu.

Menurut Kepada Kantor Wilayah (Kanwil) Direktorat Jenderal Bea Cukai (DJBC) Aceh, Safuadi, saat ini Aceh sudah sangat membutuhkan pesawat kargo khusus jika ingin lebih mudah mengekspor hasil alam Aceh ke luar negeri.

"Nggak perlu besar, cukup pesawat kargo kecil untuk mengekspor barang-barang unik yang Aceh punya, agar bisa langsung ke tempat tujuan. Itu untuk barang peka waktu bernilai tinggi yang harus sampai ke pembeli akhir sebelum 24 jam," kata Safuadi saat menyampaikan materi pada acara Customs' Stakeholder Brief Kantor Wilayah DJBC Aceh, Kamis 27 Februari 2020.

Ide yang disampaikan Kepala Kanwil DJBC Aceh itu menanggapi keluhan dari salah satu pengusaha Aceh yang selama ini rutin mengekspor ikan tuna segar ke luar negeri, tapi terhenti akibat kendala yang dihadapi di dunia penerbangan.

Dalam sesi tanya jawab, Muslim mengungkapkan, ia rutin mengekspor tuna Aceh, tapi sejak dunia penerbangan khususnya Pesawat Garuda menaikkan harga kargo, ia mulai menghadapi kendala.

Muslim sempat beralih ke Pesawat Air Asia, tapi kemudian ia terpaksa menghentikan usahanya karena ada kendala lain dari Air Asia menghentikan ekspor ikan tuna darinya. Padahal, tuna Aceh salah satu hasil perikanan terbesar yang diekspor ke luar negeri, dan mendatangkan banyak keuntungan untuk Aceh.

Kepala Kanwil DJBC Aceh Safuadi menilai, barang-barang hasil Aceh yang bernilai tinggi seperti tuna dan yang lainnya, perlu mendapat perhatian khusus dan serius dari pemerintah, khususnya Pemerintah Aceh. Bukan hanya tuna, masih banyak hasil lainnya, sehingga Aceh diharapkan segera memiliki pesawat kargo khusus.

"Contoh misalnya, kerang di Aceh Timur, hampir setiap hari dikirim ke Vietnam, dan dia harus sampai sebelum 24 jam, jadi biayanya memang tinggi dan waktuya singkat. Jadi ini yang harus menjadi perhatian. Ada pesawat langsung dari Aceh menerbangkan barang-barang bernilai tinggi itu ke tempat tujuan," tegasnya.

"Misalnya dari Aceh ke Singapura langsung, dari Singapura langsung ke Amerika, Dubai, atau ke India. Tapi kan (sekarang) tidak ada pesawat dari Aceh langsung ke India."

Namun begitu, Safuadi juga menyebut bahwa hasil alam yang diekspor tersebut harus dengan harga terjangkau, jangan sampai terlampau tinggi, sehingga tak ada yang mau membeli. "Harganya pun tentu harus terjangkau, bukan dengan harga yang sangat tinggi, sehingga kalah saing dengan negara lain," harapnya.

Menurutnya, infrastruktur sangat penting untuk mempermudah konektivitas, sehingga akan membangkitkan sektor perekonomian masyarakat Aceh kedepan. Kehadiran pesawat yang mampu menjangkau negara tujuan ekspor, diharapkan bakal mempermudah Aceh mengekspor hasil alam.

"Daerah atau negara yang infrastrukutrnya sudah memadai, biasanya pendapatan per kapitanya naik. Karena itu mari kita bersama-sama saling mendukung untuk meningkatkan pendapatan perkapita ini untuk kepentingan kita semua," demikian kata Safuadi.

Dalam kesempatan itu, Kanwil DJBC Aceh juga mengundang para stakeholder seperti Kepala Kanwil Direktorat Jenderal Pembendaharaan (DJPb) Aceh, Kepala kejaksaan Tinggi, Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Aceh, Kepala Badan Pengelolaan Keuangan Aceh (BPKA), Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Kepala Badan Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu (BKIPM), dan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Aceh.

Turut diundang Kepala Satpol PP-WH Aceh dan Kasatpol PP-WH Banda Aceh, Kepala Dinas Perdagangan dan Industri (Disperindag) Aceh, Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Diskopukm) Ace, Pimpinan lembaga peneliti dari Unsyiah dan UIN Ar-Raniry, para pimpinan perusahaan (pegusaha) Aceh, dan unsur media publikasi.

Singgung Ekspor Bambu Aceh

Dalam sesi tanya jawab sebelumnya, Kepala Kanwil DJBC Aceh Safuadi juga menyinggung tentang ekspor bambu Aceh ke luar negeri, yang dimulai oleh Pengusaha Aceh Muhammad Iqbal Jamil dua hari lalu. Menurut Safuadi, yang dilakukan Muhammad Iqbal Jamil merupakan sisi positif yang perlu diapresiasi bersama.

Ekspor bambu Aceh dianggap bakal memantik kepercayaan diri dan satu bagian yang dapat membangkitkan sisi perekonomian masyarakat Aceh. Lebih dari itu, ekspor bambu tersebut dianggap sebagai permulaan yang diharapkan membawa sisi positif.

"Kalau masalah izin, kita di bea cukai akan mempermudah demi tumbuh kembangnya ekonomi masyarakat Aceh kedepan. Jika ada kendala, kita akan bantu," ungkap Safuadi dengan raut wajah serius sambil mengumbar senyum khasnya.

Baca: Kabar Gembira, Bambu Aceh Mulai Dibeli dan Diekspor ke Luar Negeri

Safuadi bahkan mengaku akan membantu menyampaikan kendala yang dihadapi masyarakat Aceh langsung ke Kementerian. Semua itu dilakukan demi mempermudah dan memperlancar iklim usaha masyarakat Aceh, yang saat ini masih hidup di bawah garis kemiskinan.

"Yang penting kita terus berusaha, mudah-mudahan kedepan akan membuahkan hasil yang baik dan menguntungkan bagi kita semua. Karena itu, sekali lagi, kami minta kepada semua pihak dan juga media massa, mari sama-sama kita dukung untuk kemajuan ekonomi Aceh dan Indonesia," tutup Safuadi.

Penulis: Hidayat. S