IJN - Bandung | Wali Kota Bandung Oded M Danial dalam kunjungannya ke Komunitas Bandung Hydromarket (KBH) di Jl. Pirus Galuh 3, Arcamanik Kota Bandung pada Jumat, 10 Januari 2020, melakukan dialog intensif dengan para pegiat urban farming (tani kota), berupa pengembangan pola pertanian di lahan terbatas, hidroponik.
“Alhamdulillah, saya mengunjungi Komunitas Bandung Hidromarket yang diprakarsai Kang Irfan. Kini sudah mengelola 64 titik pembudidaya Hidroponik di Kota Bandung, menyuplai setiap hari langsung ke user ,” kata Mang Oded sapaan akrab Walikota Bandung Oded M. Danial sesaat melihat dengan seksama bangunan tunnel hidroponik milik Muhammad Irfan di lahan kosong di area Arcamanik Kota Bandung.
“Kedepan berharap melalui Kang Irfan dan dinas terkait bisa terus dikembangkan, karena sudah ada model yang luar biasa ini. Tinggal bagaimana diaplikasikan di tempat yang lain."
Oded menjelaskan, bahwa di Kota Bandung ada 151 kelurahan. "Jika setiap kelurahan memiliki dua saja (tunnel hidroponik), nanti akan ada 302 titik. Ini bisa menggairahkan ekonomi. 2,5 juta penduduk perlu sayur sehat," ucapnya.
Lebih jauh Mang Oded melalui intensifikasi urban farming mengungkapkan, ia sadar bahwa di kotanya tidak ada sawah dan ladang seperti halnya Kabupaten Bandung atau Bandung Barat.
"Justru, dengan semangat teknologi hidroponik ini, harus mampu minimal swasembada sayur-mayur warga. Berlanjut ke pemenuhan protein maupun gizi dari ikan (lele, mujair), telur, dan lainnya. Mudah-mudahkan stunting (gejala kerdil) pun menurun dan hilang. Hidroponik itu, menjanjikan."
Tak Beracun
Dalam kesempatan berbeda, Irfan menjelaskan bahwa KBH yang baru berjalan dua bulanan, dengan 64 anggota (minimal 1.000-2.000 lubang tanam per 1 anggota).
“Rata-rata kami mengaplikasikan urban farming via hidroponik ini memakai barang bekas dengan membuat bangunan sederhana sistem tunnel (green house ala Eropa) ukuran 2,5 x 6 meter. Itu pun di lahan kosong atau terlantar,” jelasnya.
Irfan juga menjelaskan mengenai aneka tanaman berbasis akar mengambang di air yang disirkulasi secara hemat. “Kita bisa memanen kangkung, bayam, sawi, pakcoy, dan lainnya dalam tempo cepat beberapa hari, tanpa harus berkotor-kotor mencangkul tanah, atau menggunakan pestisida yang mengandung aneka racun pengganggu kesehatan kita," paparnya.
Masih kata Irfan yang sehari-hari berprofesi sebagai jurnalis nasional, dan juga bergiat selaku Ketua Gerakan Hejo Kota Bandung, sejatinya kebutuhan sayuran berbasis hidroponik ini masih terbuka: "Kami (KBH) sendiri belum bisa memenuhi pesanan dari para pengguna, minimal mintanya memasok 5 kwintal per hari.”
Harapan lain Irfan dan rekan-rekannya di KBH kepada Pemerintah Kota Bandung dari kunjungan Mang Oded ini, ada bantuan fasilitas, berupa penyediaan lahan tidur yang tidak produktif untuk dijadikan pusat pertanian hidroponik:
”Atau berkesempatan me-revitalisasi instalasi hidroponik yang pernah marak, dan kini tampak mangkrak di banyak titik seperti di sekitar kantor kecamatan, kelurahan, RW, sekolah maupun kantor dinas. Berikanlah kesempatan bagi kami untuk ikut mengurusnya.”
Beri Pinjami Lahan
Kabar baik lainnya dari kunjungan Mang Oded yang bernuansa serba mendadak ke Sekertariat KBH di Pirus Galuh, Arcamanik ini, tatkala ia berdialog dengan para pegiat hidroponik yang didampingi Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Bandung, Gin Gin Ginanjar; Camat Arcamanik, Firman Nugraha; Kapolsek, serta Koramil Arcamanik, serta para aktivis lingkungan hidup, sempat ia berikrar memberikan pinjaman lahan kosong milik adiknya di dekat Cibiru Kota Bandung.
”Ada tanah kosong seluas 1.485 meter persegi silahkan dipakai (pinjam) oleh anggota KBH ini. Dengan syarat ini untuk dipinjam ya? Nanti Kang Irfan dan rekan ikut rapat membahas soal hidroponik di kantor Bersama dinas-dinas terkait,” tutupnya yang Jumat sore itu bersama ‘Umi’ isteri Mang Oded melanjutkan kunjungan ke salah satu RW di Arcamanik dalam kaitan pengolahan sampah warga setempat.
Penulis: Harri Safiari