IJN – Banda Aceh | Ketua Umum Perhimpunan Pembina Kesehatan Olahraga Indonesia (PP KORI) Aceh, dr Teuku Ona Arief atau dokter O, meminta operator penyelenggara liga, agar liga 1 musim depan lebih mengutamakan keselamatan pemain.
Dokter O mengungkapkan, bahwa sepakbola memang olahraga yang memaksa tubuh untuk bekerja hingga mencapai batas ambang kapasitas kemampuan tubuh. Dalam satu laga, tak jarang pula kedua tim sama-sama ngotot untuk mengejar kemenangan, sehingga timbul benturan-benturan ringan, atau benturan berat yang menjurus pada bahaya.
Masalahnya, kata dia, beberapa alat pengamanan yang boleh dikenakan pemain tentu tak menjamin 100 persen keselamatan. Alat-alat tersebut hanya sedikit melindungi bagian tubuh tertentu yang paling rawan terkena bahaya.
Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, lanjutnya, FIFA sebagai induk sepak bola dunia lalu membuat standar medis yang harus disediakan pada setiap pertandingan sepakbola. Yang pertama adalah standar medis untuk tenaga kesehatan, baik yang disiapkan oleh masing-masing klub maupun yang disediakan oleh penyelenggara pertandingan.
Pada dasarnya, setiap klub minimal wajib memiliki seorang dokter dan seorang fisioterapis dengan standar yang sudah ditetapkan oleh FIFA.
"Penting untuk diingat bahwa tenaga medis adalah satu-satunya orang yang memiliki hak untuk melakukan penanganan medis bagi pemain ataupun ofisial yang mengalami cedera atau mengalami gangguan kesehatan. Selain dokter dan fisioterapis, selama pertandingan berlangsung tidak boleh ada pihak manapun yang melakukan tindakan medis, semua yang menyangkut keputusan dan tindakan medis adalah dokter," jelasnya.
Pihak penyelenggara pertandingan, atau biasanya tim kandang, juga harus menyediakan satu orang dokter lain sebagai dokter pertandingan. Ia akan bertindak ketika terjadi sesuatu yang tidak terduga sehingga harus segera dilakukan tindakan.
Selain seorang dokter, pihak penyelenggara pertandingan juga harus menyediakan tenaga medis lain yang selalu siap membawa tandu dan peralatan P3K. Mereka juga harus selalu siaga untuk memberikan bantuan kepada tim dokter saat menangani pemain yang cedera.
"Dari segi peralatan, FIFA sudah dengan sangat jelas menginstruksikan alat-alat medis yang harus disiapkan oleh tim medis pertandingan maupun tim dokter tim. FIFA menyebut peralatan ini dalam satu tas yang disebut FIFA Medical Emergency Bag (FMEB)," paparnya.
Beberapa peralatan yang harus tersedia di dalam tas ini di antaranya adalah alat infus, ventilation bag, blood pressure monitor, dan beberapa alat-alat kesehatan lainnya.
Di dalam stadion sepakbola, ambulan harus sudah menjadi kendaraan yang harus selalu siap mengantarkan mereka yang mengalami masalah kesehatan ke rumah sakit terdekat.
"Pertanyaannya kemudian adalah, berapa persen dari prosedur FIFA ini yang telah benar-benar dijalani di Indonesia? Seberapa besar peran PSSI sebagai induk tertinggi sepak bola indonesia dalam menjalankan fungsi pengawasan untuk tidak memberikan izin pertandingan yang tidak sesuai prosedur?," tanyanya.
Dokter O selama ini juga bertindak sebagai salah satu tim dokter Persiraja Banda Aceh, menyebut sudah berupaya mengatur pola kesehatan pemain seperti menjaga kebugaran pemain, penanganan cepat terhadap cedera.
Dia berharap pemerintah aceh juga memperhatikan aspek medis dalam menyambut pergelaran liga 1 musim depan, karena kondisi pertandingan nantinya sungguh sangat berbeda dengan liga 2 musim lalu.
"Dokter O menambahkan aspek keselamatan pemain harus menjadi yang utama karena tidak ada satu kemenangan pun yang sebanding dengan nyawa," demikian pungkas dokter O.
Editor: Hidayat. S