Sudah tak asing bagi umat Islam di Indonesia, kebiasaan orang-orang yang menghina Islam dan Nabi Muhammad kerap dijumpai selesai hanya dengan permintaan maaf saja. Seperti beberapa kasus yang terjadi selama ini, oknum-oknum "radikal" tersebut hanya cukup membuat video permintaan maaf setelah penghinaan mereka viral.
Contoh saja kasus penghinaan yang dilakukan Deny Siregar, Abu Janda, Sukma Wati dan beberapa oknum lainnya, meski mendapat kecaman publik, bahkan sudah banyak pihak yang melaporkan kepada penegak hukum, hingga saat ini mereka masih bebas menghirup udara segar dan melontarkan hinaan berikutnya terhadap Agama Islam.
Baru-baru ini, Abu Janda juga kembali melontarkan pernyataan yang menyakiti hati pemeluk Agama Islam, yang mana, pria yang diduga kerap melakukan provokasi melalui media sosial itu kembali menyebut bahwa Islam adalah agama teroris. Namun demikian, siapa yang berani menangkap pria bernama Permadi Ariya tersebut? tidak ada.
Selain Abu Janda, salah satu pendakwa bernama Ahmad Muwafiq atau oleh pengikutnya populer dengan nama Gus Muwafiq, juga mendapat sorotan setelah ceramahnya dianggap menghina Nabi Muhammad.
Dalam sebuah potongan ceramah yang viral di media sosial, Muwafiq menceritakan tentang kisah kelahiran Nabi Muhammad dan kehidupan masa kecil orang paling mulia di muka bumi itu. Dalam ceramahnya yang disaksikan banyak orang, Muwafiq menyebut Nabi lahir biasa saja. Sebab jika terlihat bersinar saat Nabi lahir, maka akan diketahui oleh bala tentara Abrahah.
Muwafiq juga menyebut Nabi saat kecil rembes karena saat itu Nabi ikut kakeknya. Sontak, pernyataan Muwafiq tersebut mendapat respon keras dari umat Islam Indonesia, yang menilai pernyataan pendakwah itu telah menghina Nabi Muhammad.
Front Pembela Islam (FPI) bahkan berencana melaporkan Muwafiq ke penagak hukum. Karena banyak mendapat kritikan dan kecaman berbagai pihak, Muwafiq akhirnya mengklarifikasi pernyataannya lewat sebuah video yang juga disebarkan melalui media sosial.
Dalam video yang diunggah oleh akun facebook Ketua PBNU Robikin Emhas, Muwafiq secara terbuka meminta maaf kepada kaum muslimin atas ulahnya yang telah membuat heboh itu.
"Dengan senang hati saya banyak diingatkan oleh kaum muslimin dan warga bangsa Indonesia yang begitu cinta Rasulullah. Saya sangat mencintai Rasulullah, siapa kaum muslimin yang tidak ingin Rasulullah?" kata Muwafiq.
Muwafiq beralasan, ceramah yang ia sampaikan dihadapan banyak orang tiu Jawa Tengah itu, berawal dari banyaknya pertanyaan dari kaum milenial. Ia mengaku sering berdiskusi dengan generasi muda tentang kisah nabi Muhammad.
"Saya yakin dengan seyakin-yakinnya, nur Muhammad itu memancarkan sinar. Akan tetapi generasi sekarang banyak bertanya apakah sinarnya seperti sinar lampu? Dan semakin dijawab semakin tidak ada juntrungnya," jelasnya.
"Terkait kalimat rembes, rembes itu dalam bahasa Jawa artinya punya umbel, tidak ada lain, bahasa saya rembes itu umbelan itu. Ini terkait juga dengan pertanyaan biasanya, apakah anak yang ikut kakeknya, ini kan bersih, karena kakek kan saking cintanya sama cucu sampai kadang cucunya apa-apa juga boleh."
Akhirnya, Muwafiq sekali lagi meminta maaf kepada kaum muslimin yang merasa marah dengan pernyataan lancangnya itu.
"Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya, tidak ada maksud menghina. Mungkin hanya inilah cara Allah menegur agar ada lebih adab terhadap Rasulullah, dengan kalimat-kalimat yang sederhana, tetapi beberapa orang menganggap ini kalimat yang cukup berat. Pada seluruh kaum muslimin saya mohon maaf," kata Muwafiq.
Sementara itu, berbeda dengan Muwafiq, Abu Janda, dan Deny Siregar yang selama ini terus melontarkan pernyataan menyakitkan bagi umat Islam, belum juga meminta maaf kepada umat Islam seperti yang dilakukan Gus Muwafiq. Disamping itu, laporan banyak pihak terhadap keduanya juga belum ada tindak lanjut.
Akankah hal ini terus berlanjut? Lalu kapan para provokator yang menghina Islam dan Nabi Muhammad itu akan ditangkap dan diadili untuk menimbulkan efek jera bagi yang lainnya? Kita tunggu saja kelanjutannya. Penegak hukum tentu punya caranya sendiri menyelesaikan berbagai persoalan sesuai aturan yang berlaku.
Namun, bila kejadian serupa terus dibairkan, dikhawatirkan justru bakal menimbulkan kekacauan dan perpecahan yang lebih besar di masa depan. Pasalnya, agama adalah sesuatu yang sakral, tidak boleh dijadikan sebagai mainan dan bahan ejekan pihak mana pun.
Hidayat (Pemuda Islam Cinta Damai)