Aktivis Aceh Rahmatun Phouna. Ist
IJN - Banda Aceh | Pemerintah Aceh kembali menjadi sorotan publik pasca beredarnya informasi tentang buruknya pelayanan pendidikan di Pulo Aceh beberapa waktu lalu, rendahnya peringkat pendidikan, hingga persoalan rendahnya kualitas guru.
Dua hari lalu, juga mencuatnya dugaan praktik curang di lingkup Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Aceh, berupa permainan dalam penerimaan beasiswa S1, S2 dan S3 baik untuk mahasiswa dalam negeri maupun luar negeri.
Aktivis Perempuan Aceh Rahmatun Phounna, turut angkat bicara dan mengkritik tajam dugaan permainan yang telah membongkar bobroknya sistem verifikasi pemberian dana beasiswa kepada calon penerima di BPSDM Aceh.
Kepada Media INDOJAYANEWS.COM, Kamis 31 Oktober 2019, Phounna mengungkapkan bahwa selama ini ia mengaku sering mendengar desas-desus adanya dugaan permainan dalam penerimaan dan pemberian beasiswa kepada mahasiswa, namun belum pernah ada yang berani membongkarnya ke publik.
"Mungkin pada tahun-tahun sebelumnya tidak ada orang yang berani bongkar ke publik, tahun ini begitu ada yang bongkar ke publik ketahuan bobroknya," kata Phounna.
Menurutnya, ia telah memperoleh informasi dari salah satu calon penerima beasiswa, diduga ada ketidakjujuran dari BPSDM saat melakukan verifikasi terhadap calon penerima. Contohnya, ada salah satu syarat harus memiliki Loa (Letter Of Accepted) untuk calon mahasiswa S3.
"Namun anehnya, salah satu penerima yang dilewatkan justru tidak memenuhi syarat tersebut. Datanya sudah kita dapatkan, aneh saya rasa kalau BPSDM justru melanggar syarat yang sudah ditetapkannya sendiri," ujarnya.
Phounna menduga hal itu dilakukan oleh orang tidak bertanggung jawab untuk kepentingan pribadi. Namun yang menjadi kekhawatiran aktivis muda asal Pidie ini, bukan saja masalah praktik curang tersebut.
"Masalahnya adalah, ketika praktik curang ini tidak dicegah, kedepan Aceh justru melahirkan generasi curang berkualitas rendah, ujung-ujungnya kembali lagi ke rendahnya pendidikan Aceh, rendahnya kualitas SDM dan sebagainya. Ini efek jika kecurangan terus dibiarkan," jelasnya.
Phounna berharap Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Aceh, Ir H Nova Iriansyah MT, memperhatikan persoalan dasar seperti itu supaya kedepan tidak ada lagi orang-orang curang yang merusak Aceh dari dalam.
"Jangan sampai anggaran yang digelontorkan Pemerintah Aceh untuk meningkatkan SDM Aceh begitu besar menjadi sia-sia karena ulah orang-orang curang. Pak Gubernur perlu memperhatikan dan mengevaluasi hal-hal seperti ini, jangan dibiarkan terus-menerus, pelakunya perlu diberikan sanksi berat agar punya efek jera," tegasnya.
Aceh Gagal Hebat
Mantan Presiden Mahasiswa Universitas Abulyatama (UNAYA) Aceh ini juga memprediksi, peningkatan sumber daya manusia untuk menjadikan Aceh Hebat sebagaimana program Pemerintah Aceh, bakal gagal jika praktik curang masih terjadi dimana-mana.
Padahal, Aceh butuh perbaikan dan peningkatan sumber daya manusia pasca konflik panjang yang melanda Aceh selama puluhan tahun. Selama ini lanjut Phounna, cita-cita Pemerintah Aceh belum tercapai, begitu juga dengan Program Aceh Hebat.
"Hingga hari ini kita masih jauh tertinggal, baik dalam segi ekonomi, terbukti angka kemiskinan Aceh masih jauh dari harapan. Peringkat pendidikan Aceh juga jauh dari harapan, banyak anak yatim dan korban konflik Aceh masih mengeluh, dan berbagai persoalan lainnya," ungkapnya.
Berbagai persoalan itu, kata Phounna, menjadi pukulan terberat dalam sejarah perjalanan Aceh menuju suksesnya Program Aceh Caroeng yang digagas oleh pasangan Gubernur Irwandi-Nova.
"Persoalan mendasar tak lain adalah kurangnya profesionalitas dan integritas pihak-pihak yang diberikan kepercayaan untuk mengelola uang rakyat. Jika tidak segera dievaluasi, maka Aceh Gagal Hebat," pungkasnya.
Sementara, Media INDOJAYA belum mendapat penjelasan dari pihak BPSDM terkait dari muncuatnya masalah dugaan permainan dalam penerimaan beasiswa tersebut.
Penulis: Hidayat. S