IJN - Jakarta | Siapa bilang perempuan Betawi cuma rumahan doang? Lihat saja kiprah Susanah. Perempuan Betawi asli Kemanggisan, Jakarta Barat, ini siap "berjihad" masuk ke Kebun Sirih, tempat mangkalnya anggota DPRD DKI.
"Saya ingin berjuang memajukan perempuan Jakarta, khususnya Betawi," tegas Susan, demikian sapaan akrabnya.
Dia tidak menampik, meski emansipasi menelusup ke pelbagai bidang, namun kiprah perempuan Betawi terhitung dengan jari. Terlebih di politik.
"Maklumlah lelaki Betawi melihat perempuan hanya di rumah, melayani dan mengurus anak," tegas Susan.
Padahal, menurut dia, zaman terus berubah. Perempuan tidak identik dengan rumahan, tapi juga membantu suami meningkatkan kesejahteraan.
"Jadi tidak pas perempuan hanya di rumah," jelas aktifis Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG) kelahiran 1971 ini.
Bahkan, di era digital saat ini, perempuan bisa sebagai Siti Chadijah, istri Rasullah yang konglomerat itu. "Artinya, tetap saja berkarir di rumah sehingga tidak melupakan kodrat," tutur politisi Dapil 9 dengan nomer urut 9. meliputi Kali Deres, Tambora dan Cengkareng
Terlebih, menurut dia, masyarakat Betawi dididik dengan kehidupan yang religius. "Seharus lebih maju dengan mencontoh Siti Chadijah," paparnya dalam sebuah obrolan di Kafe Kampung Kite.
Karena itu, ranah perjuangan di DPRD, mendorong regulasi yang pro ke perempuan, seperti pemberdayaan perempuan di bidang ekonomi, pendidikan dan sebagainya.
"Paling penting, menyadarkan hak-haknya," tegas Ketua Litbang Ikatan Penulis dan Jurnalis Indonesia (IPJI) ini.
Dia pun siap membela kaum perempuan dari ketertindasan, seperti Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), ditelantarkan setelah melahirkan, khususnya perempuan muda yang korban rayuan lelaki.
"Saya siap bela dan melindunginya sebagai kapasitas anggota Dewan," ujarnya. Makanya, di 17 April mendatang, dia berharap perempuan ingat angka 9.9.
"Itu saya, dari Golkar dan coblos nomer 9," katanya tersenyum sumringah. (Ril)