04 Jan 2020 | Dilihat: 5419 Kali

PUBG dan ML Buat RI Rugi Triliunan, Kok Bisa?

noeh21
Mobile Legends (ML) dan Player Unknowns Battlegrounds (PUBG).
      
IJN - Jakarta | Game online berbayar buatan asing seperti Player Unknowns Battlegrounds (PUBG), hingga Mobile Legends (ML) disebut bisa merugikan Negara hingga triliunan rupiah. Hal itu diungkapkan oleh Mirza Adityaswara saat menjabat Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI).
 
Mirza pernah mengatakan, game berbayar milik asing tersebut bisa membuat Negara Pembayaran Indonesia (NPI) defisit. Sebab, tiap transaksi pembelian game tersebut akan membawa aliran uang dari Indonesia keluar.
 
“Kalau main game itu keliatan nggak di neraga pembayaran Indonesia? Mudah-mudahan kelihatan. Yang pasti itu uang Indonesia yang keluar,” kata Mirza saat menjabat Deputi Gubernur Senior BI pada awal 2019.
 
Harga game yang dijual secara online mungkin memang tidak terlalu mahal. Mirza mencontohkan harga game di kisaran US$ 0,5 alias setengah dolar AS.
 
Namun, yang perlu diingat, berapa banyak orang yang melakukan pembelian game yang diproduksi oleh negara lain itu.
 
Jika yang mengunduh game berbayar itu mencapai jutaan orang, tentu secara total jumlahnya tidak sedikit uang yang mengalir ke luar negeri.
 
“Untuk gamenya setengah dolar, tapi kalau yang main 2 juta orang, ya itu uang keluar untuk games itu,” paparnya.
 
Terkait hal tersebut, diharapkan game-game buatan anak bangsa bisa diproduksi sehingga Indonesia tak bergantung pada game buatan asing.
 
“Bisa nggak kita bikin game Indonesia, teman-teman di ITB, ITS, UGM buat game yang diproduksi anak-anak Indonesia. Jadi kalau itu bisa maka perlu skill, kalau mau lompat ke situ perlu skill,” tambahnya.
 
Sebagai informasi saja, neraga pembayaran Indonesia sepanjang 2018 tercatat mengalami defisit US$ 7,1 miliar. Padahal dari data Bank Indonesia (BI) periode 2017 NPI mencatatkan surplus US$ 11,6 miliar.
 
Sejak 2015, NPI sudah defisit sebanyak 2 kali. Yakni pada 2015 NPI defisit sebesar US$ 1,1 miliar. Penyebab defisitnya NPI terjadi karena defisit transaksi berjalan yang lebih tinggi dibanding surplus transaksi modal dan finansial.

Detik.com