IJN - Aceh Timur | Memperingati 16 tahun tragedi gempa dan tsunami Aceh. Gerakan Sosial Pemuda Pesisir (GSPP) Aceh menggelar tausiah dan doa bersama di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Idi, Sabtu 26 Desember 2020.
Dalam kegiatan tersebut, GSPP juga menyantuni pulahan anak yatim yang berada di daerah pesisir tersebut. Tausiah dan doa bersama yang dipimpin langsung oleh Waled Hamzah yang merupakan korban tsunami di Aceh Timur.
Ketua GSPP Aceh, Muhammad Kaderi yang didampingi Kabag Humas GSPP, Muhammad Fahmi Zuhir kepada Indojayanews.com mengatakan, acara ini diselenggarakan dalam rangka mengenang kembali peristiwa dahsyat musibah gempa dan tsunami yang terjadi di Aceh pada 26 Desember 2004, yang meninggalkan luka mendalam bagi seluruh rakyat Aceh khususnya dan masyarakat dunia pada umumnya.
"Bencana maha dahsyat itu hendaknya menjadi pelajaran bagi semua masyarakat, dan mengevaluasi apa yang telah kita lakukan selama hidup di dunia ini," kata ketua GSPP Aceh.
Kadri juga mengajak masyarakat untuk memetik hikmah dari berbagai musibah yang terjadi di Aceh, dan menjadikannya sebagai pelajaran untuk memperbanyak kebajikan dan memperkuat solidaritas.
Dalam kehidupan, kata dia, manusia tidak pernah lepas dari berbagai cobaan dan tantangan termasuk musibah bencana alam.
"Tantangan dan musibah ini harus kita hadapi bersama dengan sabar dan tawakal kepada Allah SWT," katanya.
Ia menjelaskan, tantangan yang menimpa masyarakat Aceh merupakan cobaan dari Allah SWT.
"Kita harus introspeksi dan evaluasi apakah tantangan dan cobaan ini merupakan kelalaian dari kita semua sehingga kita lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT," ujarnya.
Sementara itu Anggota DPRK Aceh Timur, Firdaus dirinya mengapresiasi dengan adanya suatu wadah kawan pemuda berkumpul dalam organisasi dapat fukos isu terkait tentang pesisir.
"Dengan adanya gerakan pemuda pesisir setidaknya kedepan dapat terakomodir apa yang dapat memperjuangkan hak bagi para nelayan di Aceh Timur. Kerena kita faham betul di Aceh Timur mendapatkan supplier ikan terbesar khususnya di Aceh dan umumnya Indonesia," kata Firdaus.
"Harapan kita kedepan, terkait dengan kegiatan perdana ini yang dilakukan oleh gerakan sosial pemuda pesisir ini dapat diikuti oleh lembaga lainnya di Aceh Timur," harap Firdaus.
Pada acara tersebut dihadiri, Anggota DPRK Aceh Timur, Firdaus, Kasat Polairud, Panglima Laot atau yang diwakili, Kepala PPN Idi atau yang diwakili, dan seluruh masyarakat yang berada di pesisir.
Seperti yang dikutip di Serambinews.com. Dahsyatnya dua peristiwa yang terjadi hanya berselisih waktu sekian menit tersebut telah meluluh lantakkan daerah pesisir barat Aceh.
Di pengunjung tahun 2004, tepatnya pada Minggu 26 Desember 2004 sekitar pukul 08.30 WIB, sepanjang 800 km wilayah pesisir barat Aceh luluhlantak oleh gelombang tsunami, setelah beberapa saat sebelumnya diguncang gempa dahsyat berkekuatan 9 SR.
Ratusan ribu jiwa melayang, jutaan rumah serta bangunan perkantoran hancur akibat gempa dan hempasan gelombang tsunami.
Tanah wilayah pesisir barat Aceh menjadi rata, yang bersisa hanya puing-puing bangunan dan mayat korban Tsunami yang berserakan di mana-mana.
Listrik juga seketika padam karena dampak yang ditimbulkan.
Tsunami Aceh 2004 menjadi bencana alam terbesar di Indonesia sejak meletusnya Gunung Krakatau pada tahun 1883.
Tak hanya di Aceh, gelombang tsunami ini juga menerjang beberapa titik lokasi pantai Sri Lanka, India, dan Thailand.
Kini 16 tahun sudah bencana besar itu melanda Aceh dan sekitarnya. (FM)