IJN - Banda Aceh | Ketua Yayasan Advokasi Rakyat Aceh (YARA), Safaruddin menilai langkah Pemerintah Aceh menyasar para perokok untuk menurunkan angka kemiskinan dinilai tidak tepat dan seakan mencari kambing hitam atas tingginya angka kemiskinan di Aceh.
Seperti diketahui, pada Rabu (17/02) lalu,
kantor Gubernur Aceh mendapat ucapan karangan bunga atas keberhasilan dalam mempertahankan peringkat termiskin se- Sumatera. Papan bunga berbagai tulisan tersebut berejejer terpasang didepan kantor Gubernur Aceh, di Banda Aceh dan menarik perhatian warga.
Baca Juga : Provinsi Aceh Termiskin se Sumatera, Kantor Gubernur Dapat Karangan Bunga
Ketua YARA, Safaruddin kepada INDOJAYANEWS menyebut yang perlu dilakukan pemerintah Aceh adalah bagaimana meningkatkan pendapatan masyarakat dari biasanya, seperti yang disampaikan Kepala Bappeda bahwa pendapatan masyarakat Aceh sekitaran 50.000-70.000/hari.
"Tugas pemerintah Aceh memikirkan agar pendapatannya bisa sampai 100.000-200.000/hari, sehingga angka kemiskinan akan menurun untuk meningkatkan penghasilan masyarakat, butuh lapangan kerja bagi yang masih menganggur, peningkatan penjualan bagi pedagang, jaminan regulasi usaha bagi pengusaha dan memudahkan akses permodalan bagi UMKM,"sebut Safaruddin, Sabtu 20 Februari 2021
"Pemerintah Aceh jangan panik dengan prestasi termiskin di Sumatera, tapi dijadikan introspeksi diri bahwa kinerja selama ini masih belum mencapai pada peningkatan angka kesejahteraan bagi masyarakat Aceh,"jelas Safaruddin
Baca Juga : Bappeda Sebut Kemiskinan Aceh Tidak Bisa Disamakan Dengan Daerah Lain
Selain itu
, Safaruddin meminta pemerintah Aceh agar mencari konsep baru, bukan malah menyalahkan perokok.
"Ini menjadi lelucon pada masyarakat, walaupun penjelasannya logis, tapi menurut saya publik tidak akan percaya apalagi berharap pada kebijakan Gubernur, bahkan beberapa tahun ini banyak program yang tidak pro-rakyat seperti penurunan jumlah pembangunan rumah layah huni, pembuatan stiker mobil dan rumah, bantuan bagi ormas, ini semuanya walaupun logis bagi pemerintah Aceh, tapi tidak dalam pikiran masyarakat,"kata Safar.
Saat ini menurut Safar, ketergantungan pendapatan masyarakat pada APBA sangat tinggi, karena tidak adanya investasi yang berkembang di Aceh dan komitmen Gubernur untuk peningkatan investasi hanya sebatas slogan, tapi belum ada wujud realisasi yang memang membantu peningkatan taraf kehidupan masyarakat.
"jangankan komitmen untuk meyakinkan investor agar berinvestasi di Aceh, MoU untuk komitmen penyaluran CSR saja dengan beberapa puluhan perusahaan di Aceh, Gubernur tidak mampu mendorong realisasinya, apalagi untuk investasi,"imbuh Safar.
Baca Juga : Usman Lamreung: Anggaran Triliunan, Kemiskinan Tidak Pernah Tuntas
YARA mendorong Gubernur Aceh agar lebih lebih peka mengawal kebijakannya sendiri, seperti keinginan memperkuat UMKM. "itu perlu di evaluasi, kenapa masih banyak UMKM yang tidak berkembang, selain permasalahan di hulu kendala di hilir, juga harus ada solusinya, dan untuk APBA tahun 2021, ini harus dapat banyak di serap oleh masyakarat Aceh sendiri, jangan banyak uang di belanjakan ke luar Aceh,"pintanya
"Kami berharap Gubernur jangan terlalu banyak bicara, tapi kerja nyata yang dibutuhkan oleh masyarakat Aceh, agar keluar dari juara termiskin di Sumatera,"harap Safar.
Safaruddin kembali menegaskan bahwa APBA tahun 2021 harus dipikirkan bagaimana serapannya dapat dinikmati oleh masyarakat Aceh, seperti belanja barang yang bisa disediakan oleh UMKM tidak perlu belanja keluar Aceh, pengadaan barang dan jasa juga perlu dimasukkan syarat, harus belanja di pelaku usaha di Aceh, seperti makanan dan minuman, ATK dan mobiler perkantoran dan sekolah dan lainnya yang bisa di sediakan oleh pelaku UMKM di Aceh.
Baca Juga : Atasi Kemiskinan di Aceh, Usman Lamreung Minta Pemerintah Prioritaskan Dua Hal
"Sehingga pelaku usaha akan hidup kalau produksinya terjual, untuk apa membantu modal saja tapi kalau pasarnya tidak ada, tentu modal tersebut akan sia- sia,"tegas Safar.
YARA meminta pemerintah Aceh untuk hentikan data perokok, karena itu, menggelikan bagi masyarakat walaupun penjelasannya logisnya ada, yang paling penting sekarang adalah strategi yang telah di sampaikan oleh Kepala Bappeda tersebut bisa direalisasikan bukan hanya bicara saja.
"Kami mencermati enam strategi yang disampaikan oleh Kepala Bappeda untuk menekan angka kemiskinan dan langkah tersebut semuanya bagus, tapi kita ingin melihat realisasinya, apakah seindah kata yang diucapkan, mari kita awasi bersama,"tutup Safar.
Penulis: Hendria Irawan