16 Jan 2019 | Dilihat: 710 Kali

Setahun Citarum Harum, Ridwan Kamil: Kurang Dari 7 Tahun Pulih

noeh21
Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, Foto Harri S
      
IJN - Bandung | Bertempat di Graha Mangala Siliwangi, Kota Bandung, Selasa (15/1/2019) digelar rapat evaluasi satu tahun program Citarum Harum. Hadir di rapat ini Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Pangdam III Siliwangi Mayjen TNI Trie Soewandono, Kapolda Jawa Barat Drs. Agung Budi Maryoto, dan Ketua Pembina Citarum Institute Dr. Dini Dewi Heniarti. Ajang ini pun diramaikan sekitar 300 peserta terdiri dari budayawan, birokrat, pecinta lingkungan hidup, serta akademisi dari 15 PTN dan ratusan PTS di sekitar Bandung.  
 
Ridwan Kamil yang kerap disapa Emil dalam paparannya menyatakan seiring turunnya Pepres No 15 Tahun 2018 pada bulan Maret, ia merasa optimis:
 
” Setidaknya dalam waktu 7 tahun atau lebih cepat lagi kita bisa tangani permasalahan berat sungai ini yang sudah viral ke manca negara baik positif maupun negatifnya."
 
Dalam kesempatan ini Emil selaku Dan Satgas Citarum Harum mengijinkan Kantor Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jawa Barat di Jl. Naripan Kota Bandung dijadikan Posko Citarum Harum. Lainnya, pada bulan Februari 2019 akan digelar Citarum Expo.
 
Rencananya, di Bojongsoang tepatnya di sekitar Oxbow (kali mati) akan dibangun sarana rekreasi yang dapat menginspirasi masyarakat untuk lebih mencintai keberadaan Sungai Citarum, intinya akan dipercantik. Termasuk akan digelar Citarum Award.
 
“Akan didaftar ulang komitmen bagi seluruh stake holder, termasuk pegiat dan elemen, pun rencana aksinya. Semua bisa terkoordinasi, dan diketahui tugasnya. Dimana koordinatnya, serta siapa melakukan apa?,” papar Emil yang disambut tepuk tangan hadirin.
 
Rupanya, keprihatinan Emil yang baru dilantik sejak 5 September 2018 atas kinerja TNI yang sudah turun menangani, sejak hulu Sungai Citarum dari Situ Cisanti hingga Muara Gembong di Kabupaten Karawang bersama masyarakat belum memuaskannya. Tampaknya Emil merasa prihatin dalam hal koordinasi dan pengadaan dana selama ini:
 
“Makanya, ada anggaran sekitar Rp. 600-an miliar sedang kita tunggu dari pemerintah pusat. Setengahnya untuk TNI, karena TNI mengambil porsi pengembalian ekosistem paling berat dan paling besar,” tuturnya.
 
Pangdam & Kapolda Jabar
 
Menurut Pangdam III/Siliwangi, dulu Sungai  Citarum itu bersih dan indah. Dirinya dan jajarannya akan berusaha mengembalikan kondisi seperti sedia kala - tidak berbahaya lagi dari unsur limbah dan sampah.
 
“Bila terus dibiarkan akan menyebabkan kerugian besar. Makanya perlu kesatuan komando dari hulu ke hilir,” paparnya.
 
Menurutnya revitalisasi sungai sepanjang 269 km, telah dibagi menjadi 23 sektor. Terdapat pasukan yang di-BKO-kan sebanyak 3.050 orang. Telah pula dilakukan perbaikan ekosistem melalui pembibitan sebanyak 1.423.604 batang tanaman, penanganan lahan kritis, reforestasi, pembuatan terasering, mengatasi limbah domestik, pembuatan IPAL pabrik dan WC perorangan (63 unit dari 25.000), pembuatan septik tank komunal, pengadaan tong sampah, penambahan resapan biopori, penanganan sedimentasi,  pembongkaran bangunan liar di bantaran sungai, patrol limbah industri di lapangan, hingga penututpan saluran, dan sidak IPAL pabrik, termasuk membongakar pengecoran saluran limbah, rinciannya 109 dibuka, dan 45 masih dicor.
 
Pada paparan lainnya, Pangdam III/ Siliwangi, telah pula melakukan Festival Citarum Harum, plus  menggelar lomba memancing ikan, dan lomba dayung. Semua itu demi mengajak masyarakat. Wujudnya, tidak merusak alam, serta melakukan reforestasi dan relokasi hunian.
 
“Diketahui sampah dari tiap desa yang mencemari Citarum rerata 10 -15 ton per hari. Tujuan utamanya, mengubah pola pikir masyarakat menjadikan sungai sebagai serambi depan rumah, bukan sebaliknya,” tutur  Pangdam III/Siliwangi.
 
Sementara itu menurut Kapolda Jabar, sesuai peraturan dan  perundang-undangan, pihaknya bertanggung jawab dalam penegakan hukum pada program Citarum Harum. Dipaparkan kinerjanya, sejumlah kasus telah ditindaklanjuti menjadi Tindak Pidana Khusus.
 
Dijelaskan, pihaknya telah bersinergi dengan penyidik dari Kejati dan Dinas terkait. Kepolisian telah menangani 58 kasus selama tahun 2018, dan 13 kasus di awal tahun 2019. Adapun anggaran pada tahun 2018 telah dipertanggung-jawabkan sebesar Rp. 84.645.000,  dan tahun 2019 diberi anggaran sebesar Rp. 3.084.645.000.
 
“Hingga kini masih diduga keras masih banyak pelanggaran di 3 kabupaten, yakni Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Bandung, dan Kota Cimahi. Kendalanya, masih terasa kekurangan penyidik dari pihak sipil seperti di Dinas Lingkungan Hidup. Akibatnya sejumlah proses terhambat,” jelas Kapolda Jabar.
 
Bahasan Diskusi  
 
Pada pertemuan yang cukup hangat ini yang disebutnya sebagai ‘alumni Citarum Harum’ menurut Dini Dewi Heniarti, kini semakin bertambah para Citarum Lovers. Intinya, para peserta yang berkesempatan berbicara mewakili komunitas maupun institusi tempat mereka berkiprah, di antaranya: Prof. Dr. Eddy Jusuf, Rektor UNPAS; seniman & Budayawan Tisna Sanjaya; Samsoel Maarif, APINDO; Kol. Yusef Sudrajat, DanSektor 21 Satgas Citarum Harum; Kol. Arif Prayitno, DanSektor 9 Satgas Citarum Harum; Sobirin Supardiono, DPKLTS; pegiat lingkungan hidup, Dadang Hermawan atau Mang Utun; Yadi Riyadi, LPPM UPI, Founder Citarum Care, Irma Hutabarat;  Tb. Haeru Rahayu, Asisten Deputi Pendidikan dan Pelatihan Maritim, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman  dan lainnya.

Bila disimpulkan, semua pembicara telah memperkaya makna perwujudan program Citarum Harum di lapangan.
 
“Diskusi ini menampung semua uneg-uneg yang selama ini terjadi di lapangan. Semoga ada perubahan dalam waktu cepat di masa depan,” papar Dr. Neneng Nenih M.P Aktivis Lingkungan Hidup dari Gerakan Hejo yang hadir mewakili Ketua Umum DPP Gerakan Hejo Eka Santosa.
 
Muara lain dari dikusi ini, semua peserta yang sempat meragukan seberapa efektipkah TNI mampu membersihkan Citarum sebagai ‘sungai terkotor sedunia’? Ternyata, dalam waktu relatif cepat berbuah manis.
 
Diakui Menurut Tb. Haeru Rahayu fenomena keraguan ini sempat melanda di Kemenko Bidang Kemaritiman:
 
”Saat awal pembentukan Satgas Citarum, sempat muncul kegamangan di tataran birokrasi politik, utamanya. Akhirnya, disadari perlu tindakan ekstrim. Satu komando, selain TNI memang kita belum siap bila kerja besar ini diserahkan ke lembaga sipil sepenuhnya.”
 
Hasilnya, berkat kerja kroyokan dalam tempo satu tahun ini, Sungai Citarum yang identik dengan serba kotor, dan penuh limbah berbahaya. Kini, di area tertentu kerap bisa kita nikmati kehadirannya. Tak jarang muncul visualisasi anak-anak bisa berenang di daerah tertentu. Ini kerap kita terima dalam beberapa kali tayangan android di genggaman kita.
 
Ditilik salah satu penyebabnya, TNI melakukan patroli siang malam di sekitar Sungai Citarum, memantau pabrik pembuang limbah (B3), juga menangani sampah serta perilaku pembuangnya.  Kini setidaknya sepanjang 10 Km dari hulu sungai di Situ Cisanti telah tumbuh subur aneka tanaman baru. Salah satunya vetiver asal India yang akarnya dapat mencegah longsor, erosi, serta sedimentasi, pun menjernihkan air sekaligus menghilangkan bau.
 
“Tanaman ini bersama Pak Doni Monardo sejak awal kami tebar di hulu, kini sudah menunjukkan hasilnya,” tutup pegiat lingkungan hidup, Irma Hutabarat yang  optimis prakarsanya bisa bermanfaat bagi keseimbangan alam generasi mendatang. (Harri Safiari)
Sentuh gambar untuk melihat lebih jelas