IJN - Simeulue | Sejumlah dokter spesialis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Simeulue melakukan mogok kerja karena tunjangan kinerja (Tukin) dinilai tidak sesuai. Bahkan mogok kerja para dokter tersebut berdampak pada macetnya pelayanan poli di rumah sakit setempat, Jumat 23 September 2022.
Direktur RSUD Simeulue, drg. Farhan kepada IndoJayaNews.com mengatakan, sebelumnya para dokter spesialis telah mengirimkan surat ke pihaknya terkait pemberhentian pelayanan poli sementara waktu.
"Pemberhentian pelayanan poli sementara oleh Dokter itu dilakukan sampai peraturan pejabat (Pj) Bupati tentang Tunjangan Penghasil Pegawai (TPP) di perbaharui kembali sebesar insentif TPP yang telah berjalan sebelumnya,"katanya.
Ia menjelaskan, mogok kerja yang dilakukan oleh para dokter merupakan komunikasi yang belum terjawab oleh pemerintah daerah (Pemda) Simeulue. "Bahkan kita telah mengirimkan surat kepada Pj. Bupati dan Sekda tentang hal ini,"jelasnya.
Dia menyebutkan, sejak Maret hingga Juni lalu saat tukin diberlakukan kembali, pihaknya telah mengingatkan agar memperhatikan tukin bagi para dokter spesialis.
"Jangan sampai berkurang dari sebelumnya yang mereka terima yakni sebesar 20 juta perbulan,"sebutnya.
Menurut drg. Farhan, angka tersebut sangat wajar mengingat para dokter bekerja hingga pelosok daerah terpencil. "Cukup kembalikan ke angka yang telah diterima, dengan demikian pelayanan bisa kembali seperti semula,"ujarnya.
Ia juga merincikan jumlah Dokter spesialis sebanyak 12 orang. Bahkan, drg. Farhan mengaku tak memahami persoalan tukin tersebut, pasalnya pihaknya tak pernah diundang secara resmi maupun lisan ketika angka tersebut muncul.
"Ini cukup signifikan, dari 12 dokter hanya 1 dokter yang mendapat 14 juta, selebihnya 9 juta, bahkan ada dokter spesialis hanya 1 juta dan ini sudah sangat tidak layak,"jelasnya.
Selain itu, pihaknya berharap agar pejabat terkait, baik itu bidang anggaran untuk mencari solusi terhadap persoalan tersebut. "Kita berharap ada perhatian dari pemerintah daerah untuk memperhatikan dokter spesialis yang jauh jauh mengabdi di pulau ini, dan saya berharap para dokter spesialis agar bersabar menunggu hari selasa depan dan tetap menjalankan aktivitas dalam pelayanan poli RSUD Simeulue,"harapnya.
Sementara itu, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Simeulue, Ihya Ulumuddin mengaku telah melakukan inspeksi mendadak ke RSUD Simeulue yang di dampingi Wakil ketua DPRK Simeulue Sunadi.
"Tadi pagi kami menerima kunjungan para Dokter ke DPRK menyampaikan mogok kerja, atas informasi itu kami langsung melakukan inspeksi mendadak ke RSUD, karena kita prihatin terhadap para pasien, bahkan sejak kemarin hingga hari ini poli tidak ada pelayanan,"kata Ihya Ulumuddin dari Fraksi PKS.
Wakil ketua Komisi D Bidang Kesehatan itu menjelaskan, mogok kerja para dokter karena tukin yang ditetapkan Pemerintah Daerah (Pemda) Simeulue tidak sebanding dengan beban kerja para dokter.
"Sehingga mereka meminta agar Tukin ini dikembalikan kepada insentif daerah sebagaimana tahun sebelumnya,"jelasnya.
Ihya Ulumuddin tidak melarang para dokter dalam memperjuangkan tukin, namun sebagai dokter dan pelayan masyarakat harus menjunjung tinggi etik profesi sehingga pasien tidak terlantar.
"Management RSUD Simeulue tak boleh diam, harus cari solusi dan langkah kongkrit dalam memberikan layanan ke masyarakat, dan Pemda Simeulue harus bertanggung jawab terhadap persoalan ini,"ucapnya.
Selain itu, pihaknya juga meminta Pj Bupati Simeulue untuk mengambil langkah cepat memulihkan kembali kondisi ini sehingga pelayanan rumah sakit normal kembali.
"Pada Selasa (27/9) depan, kita jadwalkan akan memanggil Pj Bupati, pihak RSUD Simeulue beserta pihak lainnya untuk dilakukan rapat dengar pendapat (RDP),"tutupnya.
Sementara salah seorang dokter spesialis RSUD menyampaikan kepada wakil komisi D anggota DPRK Simeulue, Pihaknya duduk semuanya di RDP, tujuannya agar ada kepastian dan jawaban dari pihak terkait.
"Kita semuanya harus duduk di Rapat Dengar Pendapat, agar ada kepastian yang pasti," ujar dokter spesialis.
Macetnya pelayanan rawat jalan ini sangat berdampak kepada para pasien yang ada di RSUD Simeulue, orang tua dari salah seorang warga Desa Suka Jaya Hardani yang mengalami sakit Diabetes Mellitus (DM) sejak dua hari lalu belum ditangani karena tidak ada dokter yang masuk kerja. Hardani menjelaskan dari pukul 06.00 WIB pagi hingga sore hari juga pihaknya tidak bertemu dengan dokternya.
"Yang sangat kita sayangkan tidak ada pemberitahuan kepada para pasien bahwa dokter spesialis mogok kerja. Bahkan pamfletnya pemberitahuan pun tak ada. sehingga masyarakat harus menunggu berjam-jam disana," ucapnya.
"Kita tidak persoalkan para dokter menuntut hak mereka. Namun pelayanan untuk perabotan tetap berjalan. Sebab orang tua saya sudah habis obatnya dari 4 hari lalu," tutupnya. (Red)