04 Okt 2024 | Dilihat: 758 Kali

Pesona Wisata Pidie: Kerupuk Kulit Si 'Renyah' Kaya Kalori

noeh21
Kerupuk kulit siap di sajikan kepada para peminat. | (Foto IJN)
      
IJN – Pidie | Siapa yang tak kenal dengan kerupuk kulit! Panganan ringan menyehatkan ini pasti disukai banyak orang. Apalagi para pecinta kuliner. Biasanya, si 'renyah' ini sebagai teman lauk makanan, duduk santai, dan menariknya lagi merupakan buah tangan dari luar kota. 

Tak jarang, pengunjung yang datang ke Kabupaten Pidie membawa oleh-oleh ini, selain kerupuk melinjo yang sudah merakyat di lidah. Ya, kerupuk yang terbuat dari kulit sapi ini sangat banyak penggemarnya. Di Kabupaten Pidie sendiri ada beberapa gampong yang mengelola kerupuk kulit menjadi kerupuk. 

Bahkan di sepanjang Pasar Beureunuen banyak ditemukan pedagang kerupuk kulit. Memang, beda daerah beda pula penamaannya. Kalau di Medan kerupuk kulit ini dinamakan kerupuk Jangek. Sedangkan di Jawa Barat kerap disebut Dorokdok. 

Nah, bicara di toko yang berada di Pasar Beureunuen sendiri, untuk kerupuk kulit biasanya berbentuk panjang. Pelanggan bisa membeli dalam bentuk jadi atau setengah jadi. Harganya pun bervariasi sesuai isi kantong. 

Luna, seorang pembeli di Pasar Beureunuen menyebut membeli kerupuk kulit untuk dibawa pulang ke Medan. Sebab, ujar Luna, kerupuk kulit yang ada di Medan diwujudkan bentuknya kotak-kotak. Sedangkan dari Kabupaten Pidie sendiri berbentuk panjang. 


Kerupuk Kulit atau Jangek yang telah dikemas. | (Foto IJN)

"Ya, memang sedikit unik kalau kita beli di sini. Dan saya rasa kerupuk kulit atau kalau di Medan disebut kerupuk Jangek ini renyahnya sangat enak. Terasa ke kerongkongan," lirih Luna sambil berseloroh, Kamis 3 Oktober 2024. 

Luna pun mampir ke Pasar Beureunuen untuk membeli kerupuk kulit dan kerupuk melinjo. Pasalnya, lanjut Luna, hanya dua kudapan itu yang merupakan khas Kabupaten Pidie, di samping beberapa kue lainnya. 

"Pastinya orang Medan memesan sama saya kalau tidak kerupuk kulit, ya emping, bang," kata wanita berkulit putih ini. 

Melansir dari sejumlah media, para pengusaha kerupuk kulit di Kabupaten Pidie membeli kulit kerbau atau sapi basar itu seharga Rp 24 ribu per kilogramnya. Itupun didatangkan dari Meulaboh, Bireuen, dan beberapa daerah lainnya. 

Ada pun proses bahan baku untuk dijadikan kulit, yaitu awalnya dengan membuang lendir lemak yang menempel pada bagian kulit. Selanjutnya ditabur garam 2 sampai 3 kilogram pada setiap kulit sapi atau kerbau. 


Kerupuk Kulit yang lagi dijemur panas. | (Foto IJN)

Kemudian kulit yang telah ditabur garam lalu dijemur pada terik matahari selama satu atau dua hari. Selanjutnya dilakukan pembakaran serta dilakukan pembersihan kulit dalam air. 

Terakhir, baru dilakukan upaya pencincangan secara manual sesuai dengan ukuran permintaan. Untuk menggorengnya saja harus dilakukan sebanyak dua kali. Dengan maksud supaya kerupuk kulit mengembang sempurna. 

Ipan, salah seorang pedagang di sana mengatakan selama ini pasaran kerupuk kulit sangat menjanjikan. Harganya pun sekira Rp 80-100 ribu per kilogramnya. Dia pun tak memungkiri terkadang pasokan yang didapat sangat minim. Itu lebih disebabkan sulitnya bahan baku didapat para pengusaha kerupuk kulit. 

“Selain warga di sini, ya kebanyakan yang membeli dari luar kota. Seperti Medan dan Sumatera Utara pada umumnya. Mereka membeli untuk oleh-oleh,” tutur Ipan. 

Diketahui, banyak konsumen membeli kerupuk kulit yang sudah jadi. Bagi pedagang di sana, selain pembeli langsung datang sendiri, mereka juga memasok kerupuk kulit ke seputaran Aceh hingga Medan. 

Kerupuk kulit juga memiliki beberapa manfaat. Di antaranya rendah kalori, kaya protein, membantu membangun dan memperbaiki sel tubuh, meningkatkan daya tahan tubuh serta membantu proses pertumbuhan tulang. Produksi kerupuk selama ini menjadi relatif minim karena terbatasnya bahan baku. (***) 
Sentuh gambar untuk melihat lebih jelas