07 Okt 2024 | Dilihat: 865 Kali

Pesona Wisata Pidie: Apam Lampoh Saka Nikmatnya Tiada Tara

noeh21
Apam Lampoh Saka. | (Foto IJN)
      
IJN – Pidie | Belum klop rasanya saat berkunjung ke Provinsi Aceh khususnya ke Kabupaten Pidie, apabila tak menikmati kuliner Apam Lampoh Saka. Rasa yang manis perpaduan santan kelapa dan racikan rempah lainnya, sehingga membuat pecinta makanan malas untuk bangkit dari tempat duduknya. 

Panganan ringan ini kerap disajikan di warung kopi dan kafe yang di Aceh. Tak terkecuali di tempat produksinya sendiri, yakni Kabupaten Pidie. Dulu, makanan ini disajikan tatkala acara hari besar Islam terutama lebaran. Namun sekarang dengan kemajuan zaman, banyak pengunjung yang ingin mencicipinya. 

Syahbana, seorang penggemar makanan asal Aceh ini mengungkap kekhasan yang dimiliki Apam Lampoh Saka sudah terkenal di Pulau Sumatera. Walau di daerah lain ada berbagai jenis apam, namun citarasa Apam Lampoh Saka itu sangat berbeda. 

"Mulai dari adonan hingga cara memasaknya menggunakan arang, itu cukup mengundang selera untuk mencicipinya. Dan saya sendiri hampir setiap hari makan Apam ini di warung kopi," ucap Syahbana, Minggu 6 Oktober 2024. 

Apam Lampoh Saka, katanya, merupakan kue tradisional yang berasal dari Kabupaten Pidie. Kabarnya lagi bahwa kue ini sudah ada sejak zaman Kesultanan Aceh dan sering disajikan pada acara-acara adat dan keagamaan.

Nama “Apam Lampoh Saka” berasal dari dua kata: “Apam” yang berarti kue tradisional terbuat dari tepung beras dan santan, dan “Lampoh Saka” yang berarti “di atas saka”. Saka adalah tiang penyangga yang digunakan dalam rumah adat Aceh.


Keunikan Apam Lampoh Saka. | (Foto IJN)

Keunikan Apam Lampoh Saka terletak pada cara pembuatannya yang menggunakan tungku tradisional dengan kayu bakar dan panci besar yang terbuat dari tanah liat. Adonan apam kemudian dituangkan ke dalam panci dan dimasak dengan api kecil hingga matang.

Apam Lampoh Saka memiliki tekstur yang lembut dan rasa yang manis gurih. Aroma harum dari santan dan pandan menambah kelezatan kue ini. Apam Lampoh Saka biasanya dinikmati dengan secangkir teh hangat atau kopi susu.

"Dari beberapa sejarah yang pernah saya baca, Apam Lampoh Saka bukan hanya terletak pada rasanya yang lezat, tetapi juga pada nilai budayanya yang tinggi. Kue ini menjadi simbol tradisi dan kearifan lokal masyarakat Pidie," imbuh Sulaiman, teman duduk Syahbana yang nongkrong di salah satu warung kopi di Sigli.

Apam Lampoh Saka mudah ditemukan di berbagai tempat di Kabupaten Pidie. Kue ini dijual di pasar tradisional, toko kue, dan bahkan di beberapa rumah penduduk.

Ada beberapa gampong di Pidie yang memproduksi Apam Lampoh Saka. Seperti di Gampong Lampoh Saka, Gampong Ulee Glee, dan Gampong Meureubo.

Kue ini bukan sekadar camilan, melainkan simbol keramahtamahan dan kekayaan budaya Aceh. Terbuat dari bahan-bahan sederhana seperti tepung beras, santan, air kelapa, dan sedikit garam, apam memiliki cita rasa gurih yang khas dan tekstur lembut.

Proses pembuatan apam pun sarat dengan nilai-nilai tradisional. Adonan apam biasanya dibuat dengan tangan, diaduk perlahan hingga rata. Kemudian, adonan dituangkan ke dalam cetakan tanah liat kecil-kecil yang telah dipanaskan di atas tungku kayu. 

"Proses memasak apam yang membutuhkan kesabaran ini menghasilkan aroma harum yang menggugah selera, bang," tambah mereka.

Apam Aceh tak hanya lezat, tetapi juga memiliki nilai historis dan sosial yang tinggi. Kue ini sering disajikan pada acara-acara khusus seperti kenduri, pernikahan, atau menyambut bulan suci Ramadhan. 

Tradisi “teut apam” di bulan Rajab, misalnya, menjadi momen bagi masyarakat Aceh untuk berkumpul dan mempererat tali silaturahmi sambil menikmati kelezatan apam. (***) 
Sentuh gambar untuk melihat lebih jelas