13 Ags 2019 | Dilihat: 491 Kali

Mentri Pertanian Serahkan Bantuan Untuk Putri, Siswa yang Sakit Perut Sebab Tidak Ada Beras

noeh21
Mentri Pertanian Andi Amran Sulaiman saat menyerahkan bantuan kepada Putri Dewi Nilaratih, Selasa (13/8/2019) Foto (SERAMBINEWS.COM/FIKAR W EDA)
      
IJN - Jakarta | Terenyuh dengan kisah Putri Dewi Nilaratih, siswa SMP kelas 2 di Peureulak Aceh Timur, yang sakit perut di sekolah karena tak ada beras, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengudang Putri dan kedua orang tuanya ke Jakarta.
 
Menteri Amran Sulaiman menerima Putri, Suparno ayahnya dan ibundanya, Mariani secara khusus di ruang kerja menteri di Kementerian Pertanian, Jakarta, Selasa 13 Agustus 2019.
 
Kedatangan keluarga tidak mampu itu didampingi Kepala Dinas Pertanian Aceh A Hanan, SP MM bersama Kabag Pengadaan Pangan Mukhlis, serta Hotriadi, Petugas Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) Aceh Timur.
 
Menteri lalu memberikan bantuan sebuah traktor dua roda, seekor sapi bunting dan sejumlah uang yang diterima langsung oleh Suparno dan Putri Dewi Nilaratih.
 
Menteri Andi Amran Sulaiman mengaku membaca kisah Putri saat sedang berada di kampung merayakan lebaran Idul Adha. Menteri Amran menceritakan bahwa dirinya juga orang susah dari kampung.
 
Dulu ia adalah buruh pemecah batu dan hidup kekurangan.
 
"Saya langsung kontak Sekjen untuk mencari tahu Putri dan keluarganya. Dan saya undang ke Jakarta. Tidak boleh ada anak bangsa yang susah dan kelaparan sekarang ini," tukas Menteri Andi Amran.
 
Menteri menyerahkan "engkol traktor" dan dokumen seekor sapi kepada Suparno.
 
Sementara amplop berisi sejumlah uang diserahkan kepada Putri Dewi Nilaratih.
 
Menteri memesankan silakan sewakan traktor tersebut dan pelihara sapi bunting, dan hasilnya gunakan untuk menghidupi keluarga.
 
"Insya Allah dari sewa traktor bisa memperoleh penghasilan 10 juta per bulan dengan harga sewa 600 ribu per hektare," pesan menteri.
 
Sebelumnya viral di medsos, berita Putri Dewi Nilaratih (14), siswi SLTP 4 Peureulak, Aceh Timur yang terpaksa dibawa pulang ke rumahnya saat jam belajar, akibat ia mengeluh sakit perut karena tak sarapan pagi.
 
Saat ditanya gurunya kenapa wajahnya lesu dan pucat, dengan sedih Putri menceritakan kalau dia tidak sarapan saat pergi ke sekolah.
 
Kemudian gurunya, Nurul Fadilah (27), menyarankan agar Putri lebih dulu sarapan sebelum pergi ke sekolah.
 
Kemudian Putri mengatakan bahwa di rumahnya tidak ada beras, sehingga tidak makan.
 
Putri adalah anak keempat dari enam bersaudara, pasangan Suparno dan Mariani, tinggal di Gampong Tualang, Kecamatan Peureulak, Aceh Timur.
 
Suparno, ayahnya tak memiliki pekerjaan tetap.
 
Kisah Putri tersebut juga mendapat empati dari Haji Sudirman atau yang akrap disapa Haji Uma, anggota DPD RI asal Aceh.
 
Bintang serial Eumpang Breuh itu membantu beras dan uang kepada keluarga Putri Dewi Nilaratih (14), siswi SMP 4 Peureulak, yang mengeluh sakit perut saat di sekolah, akibat tak sarapan pagi.
 
"Mendapat kabar mengenai keluarga kurang mampu itu, saya langsung mengutus anggota untuk menyerahkan bantuan berupa beras dan sejumlah uang kepada Suparno ayah Putri," ungkap Haji Sudirman atau yang akrap disapa Haji Uma, anggota DPD RI asal Aceh.
 
Haji Uma pun mengaku, sudah berbicara langsung dengan Suparno melalui telepon tetangganya dan menanyakan langsung keadaan Putri saat ini, setelah mengalami sakit perut akibat belum sarapan lantaran tidak ada beras di rumah.
 
Setelah berbicara panjang lebar melalui handphone, Suparno kepada Haji Uma menjelaskan, sangat kaget mendengar berita mengenai anaknya sakit perut lantaran belum sarapan.
 
Suparno yang merupakan buruh kasar bekerja di Banda Aceh itu mengaku, saat itu di rumah tidak ada beras, sehingga ia pergi ke luar untuk mengusahakan uang membeli beras.
 
"Setelah saya pulang ke rumah, saya lihat beberapa anak-anak sekolah mengantarkan Putri ke rumah. Tak lama kemudian muncul berita mengenai keluhan Putri," sebut Suparno membeberkan isi percakapannya dengan Haji Uma yang rekamannya dikirim ke media.
 
Masih dalam rekaman percakapan, saat Haji Uma menanyakan upah Suparno bekerja sebagai buruh di Banda Aceh, Suparno mengaku hanya mendapat upah Rp 80 ribu perhari.
 
Itu pun sepulangnya ke Aceh Timur belum dicairkan.
 
"Upah saya bekerja belum cair. Karena mau lebaran saya pulang ke kampung untuk kumpul sama anak-anak," keluhnya.
 
Sumber : Serambi Indonesia
Sentuh gambar untuk melihat lebih jelas