IJN - Jakarta | Tim Advokasi keluarga korban meninggal dunia yang terjadi saat aksi unjuk rasa hasil Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 menemui Wakil Ketua DPR Fadli Zon di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin 27 Mei 2019.
Tim Advokasi ini mendatangi DPR RI dan menyerahkan nama-nama tersebut. Setidaknya, tim mendata 10 korban dalam kerusuhan, sembilan di Jakarta dan satu di Pontianak. Mereka adalah Abdul Aziz (27), Adam Nuriyan (19), dan Bahtiar Alamsyah (22).
Selanjutnya, Farhan Syafero (31), Harun Al Rasyid (15), Raihan Fajari (16), Sandro (31) dan Widyanto Rizki Ramadhan (17 ). Rian Saputra (15) disebut meninggal di Pontianak, sedangkan satu korban lagi, Ishak disebut belum terkonfirmasi.
Tim Advokasi Korban 21-22 Mei menyampaikan, Kami hadir saat ini terdiri dari tim gabungan dari beberapa advokasi, kami ingin melaporkan, kepada anggota dewan, agar bisa mengambil langkah-langkah yang semestinya setelah peristiwa ini.
“Kami sudah melakukan investigasi terhadap korban yang hilang, meninggal, dan korban yg ada di rumah sakit, kami akan berusaha melanjutkan kasus ini ke pengadilan HAM internasional,” kata Tim Advokasi keluarga kerusuhan 21-22 Mei 2019.
Sampai saat ini, lanjutnya, terdapat 87 korban hilang yang sudah dilaporkan oleh pihak keluarga, beberapa ditemukan di kepolisian dan rumah sakit, sementara sebagian lainnya sudah kembali.
“Kami juga menunjukkan video dengan kode B8 yang menayangkan rekaman korban Bachtiar Alamsyah yang ditemukan dengan posisi tergeletak di jalan, korban meninggal akibat tertembak di dada, diduga peluru tersebut ditembakan dari tempat yang lebih tinggi, kami tampilkan juga gambar korban beserta KTP nya yang bernama Abdul Aziz,” ungkapnya.
Selain itu, Tim Advokasi juga melaporkan bahwa korban mengalami dehidrasi yang berat akibat menerima gas air mata.
“Saudara Harun diduga meninggal akibat kehabisan darah dan geger otak Alm. Harun ditemukan petugas medis di selokan dengan luka tembak di bahu kiri, kami perluhatkan bukti B26 terkait tindakan Kepolisan yang tidak sesuai dengan SOP Kepolisan,” paparnya.
Dalam video tersebut diduga Polisi merusak sepeda motor warga di daerah Sarinah memperlihatkan bukti B27 berupa video penyemburan mercon dari arah barisan aparat.
“Pelaku penyemburan mercon ini masih harus di verifikasi lagi, kami perlihatkan bukti B29-B30 berupa foto korban, Rian S di Pontianak, korban ditemui tewas dengan bekas luka peluru di perut,” ujarnya.
“Kami mempertanyakan mengenai kinerja Kapolri atas korban-korban yang terjadi pada kerusuhan, menurut saya Kapolri ada indikasi kebencian kepada umat Islam, mulai dari saat masih di Densus, BNPT sampai menjabat Kapolri,” ucapnya.
Sementara itu Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon mengatakan, Saya mengucapkan belasungkawa kepada keluarga korban dan saya kira bapak- bapak memang perlu memberitahu ini ke DPR dan akan segera disampaikan ke komisi lll untuk diperdalam.
“Saya minta agar tim advokasi keluarga korban memberi surat pengantar yang berisi bukti-bukti kejadian dan permintaan keluarga korban untuk kami teruskan ke Komnas HAM,” kata Fadli Zon.
Fadli Zon menambahkan, Saya kira ini juga perlu bisa jadi suatu investigasi, karena ini adalah hal yang berurusan dengan nyawa manusia.
“Saya juga pada 22 Mei mendatangi keluarga korban yang bernama Reihan, Korban juga tidak terlibat pilihan politik. Negara kita ini merupakan negara hukum, keadilan harus ditegakan setinggi-tingginya, saya sudah berkali-kali bilang bahwa demonstrasi ini merupakan tindakan yang sah,” ucapnya.
Menurutnya, dalam aksi 21-22 Mei ada pihak-pihak yang mengacaukan aksi unjuk rasa ini, tetapi aparat kepolisian tidak boleh bertindak sewenang-wenang dengan melakukan penganiayaan bahkan sampai membunuh.
“Para aparat harus menjalankan tugas sesuai dengan SOP Kepolisan yang berlaku, DPR RI memang memiliki fungsi pengawasan, namun kami juga memiliki keterbatasan,” ungkapnya.
Penulis : Antoni Riansyah
Editor : Mhd Fahmi