04 Okt 2018 | Dilihat: 951 Kali

Sensei Asal Jepang : Kempo Akan Lahirkan Atlet Prestasi di Event PORA

noeh21
Sensei (pelatih-red) Kempo asal Jepang, Shozo Sato. Foto Humas Aceh Besar
      
IJN | Aceh Besar - Sensei (pelatih-red) Kempo asal Jepang, Shozo Sato berharap event Pekan Olahraga Aceh (PORA) XIII 2018 yang akan digelar di Kota Jantho 18-25 November mendatang mampu melahirkan atlet berprestasi. "Sebuah kejuaraan olahraga tentu harus mampu lahir atlet yang berprestasi, dan saya pribadi sangat terkesan dengan perkembangan olahraga di Aceh, khususnya kempo," kata Shozo Sato, saat berkunjung di Sekretariat PP PORA XIII, Gani, Kecamatan Ingin Jaya, Aceh Besar, Rabu 3 Oktober 2018.

Kunjungan Sensie Shozo Sato ke Sekretariat PORA XIII  bersama Muhammad Djumhana Sidik Majelis Pertimbangan Kensi /guru PB Perkimi dan Sekretaris Umum Pengprov Perkemi Aceh disambut Sekretaris Umum PP PORA XIII, T Dahsya K Putra.

Dalam pertemuan penuh keakraban itu, Sensei Shozo Sato mengatakan selama beberapa hari di Aceh, dirinya sangat berkesan dengan olahraga di Aceh menurutnya PORA harus bisa menjadi ajang untuk meraih prestasi bagi atlet-atlet Aceh khususnya di cabang olahraga kempo. "Dengan adanya event olahraga di Propinsi Aceh, ini merupakan salah satu langkah bagi atlet Aceh untuk meraih prestasi di tingkat nasional bahkan ke mancanegara," katanya.
 
Shazo Sato yang merupakan salah satu pelatih yang di kirim Pusat Kempo Jepang pada tahun 1968-1970 untuk melatih Indonesia di cabang olahraga beladiri kempo, dimana selanjutnya di kembangkan oleh pengurus kempo di Indonesia.
 
Menurutnya, olahraga beladiri ini kalau di Jepang namanya taikai, kalau di Indonesia namanya kempo. Dalam kunjungan beberapa hari ke Aceh, pelatih gaek asal Jepang juga ikut melihat latihan para atlet kompo Aceh. "Atlet kempo Aceh sangat bagus teknik beladirinya dan ini perlu dipertahankan," pungkas Shazo.
 
Hal senada juga disampaikan Ketua Majelis pertimbangan kensi PB Perkemi, Muhammad Djunhana Sidik, dimana olahraga kempo di Aceh ini sudah sangat bagus, namun masih ada yang kurang dibandingkan dengan Jakarta, NTT, Bali. "Aceh harus banyak belajar dari tempat lain supaya lebih bagus lagi kedepan," katanya.
 
Sementara terkait pekan olahraga Aceh (PORA) XIII yang akan digelar pada 18-25 November 2018 mendatang, kata Muhammad Djumhana Sidik, PORA ini di tingkat propinsi merupakan salah satu event untuk menyeleksi para atlet untuk mengikut Pekan Olahraga Nasional (PON). "Walaupun nanti dari sini mereka harus kirim Pra PON, baru nanti baru bisa mengikuti PON atau tidak,"

Pada kesempatan itu, dirinya juga menyarankan untuk wasit yang akan memimpin pertandingan nanti, panitia penyelenggara PORA harus menggunakan wasit yang mempunyai sertifikat, supaya lebih diterima disemua daerah khusus kempo.

Kalau diwasiti oleh orang sini juga nanti banyak masalah, taulah diolahraga apapun juga sama, kalau wasit dari Aceh sendiri jadi masalah nantinya, karena sebetulnya wasit banyak yang belum mempunyai sertifikat, karena di kempo itu, wasit harus punya sertifikat baru wasit itu bisa memimpin satu pertandingan.

"Kami khawatirkan, jika PORA menggunakan wasit-wasit yang belum lisensi untuk memimpin pertandingan takutnya akan bermasalah, disebabkan salah satunya tidak memiliki sertifikat,. Maka itu harus menjadi pertimbangan panitia," demikian Muhammad Djumhana Sidik.
Sentuh gambar untuk melihat lebih jelas