IJN - Jakarta | Politisi Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean dan Aktivis Aceh berdarah Batak ini merespon pernyataan Ketua Komite Peralihan Aceh (KPA) dan Ketua DPA Partai Aceh (PA) Muzakir Manaf yang menyeru adanya Referendum di Aceh. Menurutnya apa yang disampaikan Mualem tak bisa diremehkan.
Pernyataan referendum itu disampaikan Mualem pada peringatan sembilan tahun (3 Juni 2010 – 3 Juni 2019) wafatnya Wali Nanggro Aceh, Paduka Yang Mulia Tgk Muhammad Hasan Ditiro dan sekaligus buka puasa bersama di Amel Convention Hall, Banda Aceh, Senin (27/5).
“Kita memintanya dengan berbagai alasan. Salah satu yang utamanya adalah soal nasib negara kita yang berada di ambang kehancuran di mana soal keadilan dan demokrasi sudah sangat terpuruk sekali,” ujar Mualem.
Ferdinand menilai wacana permintaan referendum Aceh tidak bisa dianggap sepele. Karena hal ini bakal memicu daerah-daerah untuk memisahkan diri dari NKRI.
Pernyataan REFERENDUM ACEH jangan dianggap sepele oleh pemerintah. Pernyataan ini akan memicu pernyataan sama dari daerah lain. Tunggu saja..!!
Jangan tanya kenapa, jawabannya karena kalian REJIM PEMERINTAH PALING TAK ADIL.”, demikian tulis Ferdinand di akun twitternya @FerdinandHaean2, Selasa (28/5)
Hal senada juga disampaikan Yunan nasution "Peryataan mualem itu jangan kalian anggap main-main karna banyak pihak yang sudah menyatakan dukungan nya, bahkan dari saya suku batak yang tinggal di Aceh,” ujar Yunan, Rabu 29 Mei 2019.
Jajak pendapat adalah suatu proses pemungutan suara semesta untuk mengambil sebuah keputusan, terutama keputusan politik yang memengaruhi suatu negara secara keseluruhan, misalnya seperti adopsi atau amendemen konstitusi atau undang-undang baru.
“Perubahan wilayah suatu negara atau yang kita kenal referendum adalah langkah tepat ketika masyarakat, atau sebuah kelompok mulai tidak mempercayai pemerintah, dah hati-hati pernyataan Mualem itu bukan hanya menggetarkan Sumatera tapi juga Pulau Jawa,” ungkapnya.
“Hal itu sama yang pernah dilakukan Timor Timur yang kini berubah nama menjadi Timor Leste dan berpisah dengan Indonesia,” tandas Yunan.
Munculnya opsi referendum ini karena melihat Indonesia tak lama lagi akan dijajah asing. “Kita tahu bahwa Indonesia, beberapa saat lagi akan dijajah oleh asing, itu yang kita khawatirkan. Karena itu, Aceh lebih baik mengikuti Timor Timur, kenapa Aceh tidak,” ujar Mualem.
“Kita tidak dapat bayangkan lagi, persoalan bangsa Indonesia, semakin hari semakin menumpuk. Indonesia terjerat pada berbagai persoalan. Ini seperti nasib beberapa negara di Afrika. Ini perlu kita camkan, kita berharap Indonesia ini dipimpin oleh sosok yang baik. Mudah-mudahan aman dan damai semuanya,” tutup Mualem saat itu
Hadir saat itu, Plt Gubernur Aceh, Pangdam Iskandar Muda, Kapolda Aceh, Kajati Aceh, Rektor Unsyiah Banda Aceh, Ketua Pengadilan Tinggi (masing-masing diwakili) serta para Bupati dan Walikota dari Partai Aceh, anggota DPRA Partai Aceh serta Partai Nasional.
Penulis : Mhd Fahmi
Editor : Rudi H