26 Nov 2024 | Dilihat: 232 Kali

Benteng Kuta Batee, Saksi Bisu Kejayaan Sultan Iskandar Muda

noeh21
Benteng Kuta Batee, Pidie Jaya di bangun pada tahun 1614 M. | (Foto Ist)
      
IJN - Pidie Jaya |  Di tepian Krueng Meureudu, tepatnya di Gampong Meunasah Manyang, berdiri sebuah peninggalan sejarah yang tak lekang oleh waktu, Benteng Kuta Batee namanya. Benteng ini bukan sekedar bangunan tua, melainkan saksi bisu kejayaan Sulthan Iskandar Muda, sang pemimpin besar Kerajaan Aceh Darussalam, yang membangun benteng ini pada tahun 1614 M.

Benteng Kuta Batee tidak hanya menyimpan kisah masa lalu, tetapi juga menghadirkan suasana yang akan membawa setiap pengunjungnya seolah melintasi lorong waktu. Batu-batu kokoh yang saling mengikat erat, seakan berbisik lembut tentang kekuatan dan perlindungan di masa lalu.

Benteng ini memiliki arsitektur yang unik. Batu-batunya tidak direkatkan dengan semen seperti bangunan modern, melainkan dicampur dengan campuran putih telur dan tepung, teknik yang tidak lagi ditemukan pada masa sekarang.

Kombinasi bahan sederhana ini menciptakan struktur yang kuat dan mampu bertahan hingga berabad-abad. Banteng Kuta Batee berbentuk persegi seluas 90 x 90 meter, awalnya dirancang dengan tembok yang mengelilingi seluruh area. Di dalamnya, Sultan Iskandar Muda pernah membangun meuligoe (istana) sebagai pusat komando.Banteng ini memiliki beberapa fungsi yaitu sebagai pusat pertahanan, latihan militer dan juga lini konsentrasi pasukan Kesultanan Aceh.

Keberadaan Benteng ini sebagai bagian dari misi Sultan Iskandar Muda untuk menaklukan pantai utara-timur pulau Sumatera dan semenanjung Malaysia. Namun seiring berjalannya waktu, bangunan di dalam benteng kini telah berubah menjadi hamparan sawah hijau yang dikelola oleh sekitar masyarakat. Lahan sawah yang hijau di dalam benteng ini juga menambah keindahan luasan benteng. 


Benteng Kuta Batee, Saksi bisu kejayaan Sulthan Iskandar Muda di bangun pada tahun 1614 M. | (Foto Ist)

Di sekeliling benteng, Sulthan Iskandar Muda juga membuka lahan persawahan. Tak jauh dari situ juga terdapat Masjid Sultan Iskandar Muda, Pidie Jaya. Menginjakkan kaki ke dalam benteng, wisatawan akan menemukan padang rumput yang luas. Rerumputan hijau ini seolah menjadi karpet alami yang melindungi benteng dari kenyamanan. 

Namun, di balik kehijauan itu, terdapat beberapa peninggalan menarik seperti sumur tua berukuran besar. Sumur tua ini, meski hampir tertelan oleh waktu dan rumputan, tetap berdiri sebagai simbol bahwa tempat ini dulu menjadi pusat kehidupan. Air dari sumur ini dipercaya pernah menjadi sumber utama kebutuhan masyarakat di sekitar benteng. 

Bibir sumur yang rendah, tertutup oleh rumput pembohong, seperti menyembunyikan rahasia masa lalu yang hanya bisa dibayangkan oleh mereka yang mengunjunginya. Selain sumur, terdapat pula bongkahan beton tua yang menjadi sisa-sisa struktur di dalam benteng. Meski terlihat kosong dan sunyi, benteng ini menyimpan cerita yang menggema hingga kini, bercerita tentang masa-masa saat Aceh menjadi salah satu kerajaan terkuat di Nusantara.

Benteng Kuta Batee tidak hanya memikat dari segi sejarahnya, tetapi juga daya tarik spiritualnya. Berada di lokasi ini, Anda dapat merasakan kesakralan yang melekat pada bangunan ini. Seolah-olah, setiap sudutnya dipenuhi dengan doa dan perjuangan para pendahulu.


Benteng Kuta Batee, Saksi bisu kejayaan Sulthan Iskandar Muda di bangun pada tahun 1614 M. | (Foto Ist)

Meskipun kini Benteng Kuta Batee hanya berupa sisa-sisa bangunan, tempat ini memiliki potensi besar sebagai destinasi wisata sejarah di Pidie Jaya. Saat ini wisata ini menjadi benteng yang dikelola oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh. 

Di lokasinya telah terdapat papan informasi yang menjelaskan destinasi ini situs cagar budaya. Meski berada di kawasan persawahan, destinasi Benteng Kuta Batee juga memiliki tempat parkir untuk wisatawan. 

Bagi wisatawan yang menginginkan wisata yang tidak hanya menyegarkan mata tetapi juga memperkaya jiwa, Benteng Kuta Batee adalah jawabannya. Menurut seorang wisatawan, Septi Iklima mengatakan benteng ini mengajarkan masyarakat Aceh terutama masyarakat sekitar untuk tidak melupakan masa lalu. Bagiannya destinasi sejarah seperti harus dipelajari selain menambah wawasan namun juga memperkenalkan anak-anak zaman sekarang untuk mengenal sejarah.

“Kita harus selalu menghargai sejarah, karena di sanalah akar dari jati diri kita,” kata Septi, Senin 25 November 2024.

Tak nya Septi, pengunjung lainnya yang merupakan warga Banda Aceh, Ilham menyebutkan Benteng Kuta Batee menjadi Saksi bisu yang berbicara tentang keberadaan Sultan Iskandar Muda. Ia menyayangkan anak muda sekarang sering melupakan sejarah padahal sejarah menjadi ilmu yang harus dipelajari.

“Harapannya anak muda untuk dapat lebih peka akan sejarah dan peduli terhadap situs-situs peninggalan zaman dulu,” terangnya.(***)