14 Sep 2024 | Dilihat: 1204 Kali

Moris Mesasilai Tokoh Budayawan Simeulue, Terima Piagam Penghargaan dari Museum Tsunami

noeh21
Moris Mesasilai, menerima piagam penghargaan dari Museum Tsunami Banda Aceh, Sabtu 14 September 2024. | (Foto Indojayanews)
      
IJN - Banda Aceh | Salah satu tokoh Budayawan Kabupaten Simeulue, Moris Mesasilai, menerima piagam penghargaan dari Museum Tsunami Banda Aceh,Sabtu 14 September 2024. 

Kepada awak media, Moris sang budayawan yang juga Maestro Smong dari Kabupaten Simeulue menyampaikan, pemberian penghargaan tersebut tidak terlepas dari kontribusi para Budayawan.

“Alhamdulillah,kita mendapatkan piagam penghargaan, namun ini bukan untuk saya saja, melainkan untuk masyarakat Simeulue,”ujarnya.

Moris merupakan tokoh yang sering mengangkat Budayawan yang ada di kabupaten Simeulue. Piagam penghargaan tersebut yang ditandatangani oleh kepala Museum Tsunami, M. Syaputra Azwar, S.STP, M.Ec. diberikan kepada Budayawan Simeulue, Moris Mesasilai.

Ia menjelaskan, dalam melengkapi berbagai masukan dan tulisan tentang peristiwa Smong (Tsunami) di kepulauan tersebut.

Moris juga sampaikan kepada pihak museum tsunami bahwa, menyongsong pameran bertema "Smong 1907" Menjelajahi Warisan Budaya, Menjadikan Tradisi dan Kearifan Lokal sebagai Tameng Bencana yang telah dilaksanakan pada tanggal 7 September 2024 di Museum Tsunami Banda Aceh. 

Ia juga mengingat kearifan lokal dalam hal mitigasi bencana itu telah menjadi warisan budaya tak benda dan juga telah mendapat penghargaan internasional SASAKAWA AWARD dari UN-ISDR.

“Sewajarnya kearifan lokal dalam hal ini untuk penyelamatan kearifan lokal sejak dini agar terus disebarluaskan dan dilestarikan hingga ke anak cucu kita,” tutupnya.

Untuk diketahui, kemunculan Smong berawal dari pengalaman pahit pada tahun 1907 silam, kala ombak besar menghantam pesisir-pesisir pulau Simeulue terutama di Kecamatan Teupah Barat. Tsunami dengan kekuatan 7,6 skala Richter tersebut menjadi mimpi buruk sekaligus pelajaran berharga bagi masyarakat Simeulue. Ribuan nyawa melayang, rumah dan meunasah hancur, serta harta benda pun lenyap. Jejak bencana hebat itu masih terlihat pada sebuah kuburan yang terletak di pelataran masjid Desa Salur, Kecamatan Teupah Barat.

Sejak saat itu, kata Smong begitu familiar di kalangan masyarakat Simeulue. Smong diartikan sebagai hempasan gelombang air laut yang berasal dari Bahasa Devayan, Bahasa asli Simeulue. Secara historis, Smong merupakan kearifan lokal dari rangkaian pengalaman masyarakat Simeulue pada masa lalu terhadap bencana gempa bumi dan tsunami.


Penulis : Merah
Sentuh gambar untuk melihat lebih jelas