30 Okt 2025 | Dilihat: 30 Kali
Aceh Raih Dua Penghargaan pada Festival Literasi Perpustakaan Nasional 2025
Kepala DPKA, Syaridin bersama dua TBM yang meraih penghargaan pada Festival Literasi Perpunas 2025. Foto: Arif/Humas DPKA
IJN - Jakarta | Dua Taman Bacaan Masyarakat (TBM) asal Aceh berhasil menorehkan prestasi di ajang Festival Literasi Perpustakaan Nasional (Perpusnas) 2025 yang berlangsung di Hotel Grand Mercure Kemayoran, Jakarta.
TBM Ar Rasyid dari Gampong Kajhu, Kecamatan Baitussalam, Aceh Besar, dinobatkan sebagai Juara 1 Wilayah Sumatera, sementara TBM Lhee Club dari Gampong Meunasah Lhee, Kecamatan Simpang Tiga, Kabupaten Pidie, meraih Juara 3 di kategori yang sama.
Keduanya dinilai konsisten menumbuhkan budaya literasi di tingkat akar rumput lewat berbagai kegiatan kreatif—mulai dari pembinaan anak, pelatihan keterampilan, hingga penguatan minat baca berbasis komunitas.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Aceh (DPKA), Syaridin menyebut capaian tersebut sebagai bukti bahwa gerakan literasi di Aceh terus berkembang.
“Kerja keras para pengelola TBM akhirnya mendapat pengakuan di tingkat nasional. Mereka menjadi contoh bagaimana literasi bisa tumbuh dari komunitas,” ujar Syaridin dalam keterangannya, Rabu 29 Oktober 2025.
Selain dua TBM tersebut, sejumlah peserta asal Aceh juga mencatatkan prestasi di ajang yang mengusung tema “Literasi untuk Inspirasi Indonesia” itu.
Di antaranya Tuhfatul Athal dalam lomba video konten literasi, Oza Adha Sajid dari Kabupaten Simeulue pada lomba bertutur tingkat SD, serta Mumtaz Ladya Adzkadina dari SMPN 3 Langsa dalam lomba resensi buku tingkat SMP.
Sementara Zulfina Humaira dari SMKN 1 Kota Langsa ikut dalam kategori resensi buku tingkat SMA.
Festival Literasi Perpusnas 2025 menjadi ajang tahunan yang mempertemukan para pegiat literasi, pustakawan, dan komunitas baca dari seluruh Indonesia. Kegiatan ini bertujuan memperkuat kolaborasi lintas daerah dan menghadirkan inspirasi dalam pengembangan ekosistem literasi nasional.
Syaridin berharap capaian ini menjadi pemantik semangat baru bagi pegiat literasi di Tanah Rencong.
“Kami ingin prestasi ini tak berhenti di sini. Literasi harus terus hidup dan mengakar di masyarakat Aceh,” pungkasnya.
Penulis: Hendria Irawan
Editor: Muhammad Zairin