IJN - Banda Aceh | Organisasi paguyuban mahasiswa daerah adalah organisasi yang beranggotakan mahasiswa yang berasal dari suatu daerah yang sama dan memiliki tujuan yang sama. Organisasi mahasiswa daerah diharapkan menjadi sarana kontribusi para anak rantau untuk daerahnya, tentu dengan fokus pada pembangunan daerah.
Hal ini disampaikan oleh mahasiswa asal kecamatan Sawang kabupaten Aceh Selatan, Muhammad Hasbar Kuba kepada media ini, Rabu 19 Desember 2018 malam.
Hasbar menjelaskan, di dalam organisasi mahasiswa daerah terdapat banyak sekali kegiatan-kegiatan yang sangat bermanfaat salah satunya yakni bakti sosial atau yang lebih dikenal dengan kata baksos yaitu salah satu kegiatan wujud dari rasa kemanusiaan antara sesama manusia. Bakti sosial antar warga yang dilakukan oleh mahasiswa adalah untuk mewujudkan rasa cinta kasih, rasa saling menolong, rasa saling peduli mahasiswa kepada masyarakat luas yang sedang membutuhkan bantuan.
"Sebagai Mahasiswa Aceh Selatan yang kuliah di Banda Aceh, saya menyesalkan ketidakaktifan organisasi paguyuban Mahasiswa Aceh Selatan(HAMAS) sejak beberapa tahun silam. Saya menilai HAMAS sekarang hanya dipergunakan untuk kepentingan golongan tertentu tidak lagi berperan sebagai organisasi independen Mahasiswa Aceh Selatan. Ini sangat miris dan memprihatinkan tentunya, masih di organisasi mahasiswa sudah rusak secara moril, bagaimana jika diberi mandat kekuasaan yang lebih besar, tentunya akan menimbulkan bencana yang lebih besar," bebernya.
Menurut mahasiswa Hukum Tata Negara UIN Ar Raniry ini, organisasi HAMAS tersebut dibangun untuk kepentingan bersama, dan jabatan di oraganisasi itu bukanlah jabatan seumur hidup.
" Ini kan sudah kayak orde baru kesannya, periodesasinya sudah lewat ingin berkuasa terhadap organisasi mahasiswa, padahal bukan lagi mahasiswa. Sebagai mahasiswa, kita mendesak Pengurus HAMAS yang lalu bisa bertanggung jawab untuk melaksanakan Mubes guna meregenerasi HAMAS kembali dan mengobati HAMAS dari kevakuman yang telah merusak regenerasi kepengurusan," tambahnya.
Sangat disayangkan, kata Hasbar, pengurus HAMAS periode 2015-2017 yang SKnya telah habis pada 2017 silam, namun tidak kunjung melaksanakan mubes hingga Sekarang akhir 2018. Hal ini laksana penyakit yang diturunkan dari pimpinan organisasi HAMAS sebelumnya yang mempertahankan kekuasaannya hingga 2019. Laksana pepatah mengatakan, buah itu tak bakal jauh jatuh dari batang nya.
"Jika mubes tidak dilakukan hingga 2019 berarti pengurus HAMAS periode 2014-2016 sudah membunuh 3 generasi untuk berproses di HAMAS . Ataukah memang Aceh Selatan sudah tidak butuh HAMAS lagi?," Cetusnya.
Menurut Hasbar, jika memang Mubes HAMAS sudah tidak lagi bisa dibuat, kendatipun anggaran yang dialokasikan untuk HAMAS di pemerintah tiap tahunnya tetap ditarik, lebih baik organisasi itu dibubarkan saja.
"Kita bubarkan saja HAMAS kalau begitu, daripada begini tidak ada kejelasan dari pengurus. Kan itu namanya habis-habisin uang daerah saja, sementara justru manfaatnya jangankan untuk masyarakat untuk mahasiswa saja terkesan nihil. Agar lebih afdhol dan tidak jadi boomerang dan cacat sejarah bagi generasi ke depannya, cukup jadikan hamas itu kenangan dan bubarkan saja," tandasnya.[r]