IJN - Jawa Tengah | Wakil Ketua II Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Nagan Raya, Hj. Puji Hartini, ST,. MM juga politisi Partai SIRA asal Blora, Jawa Tengah, ziarah ke makam Pahlawan Nasional asal Aceh yang terasingkan bahkan kian dilupakan hingga saat ini oleh sebagian warga Aceh. Jum'at 1 Januari 2021
Pocut Meurah Intan atau yang lebih dikenal dengan sebutan 'Mbah Tjut', begitu nama salah satu pahlawan asal Aceh yang makamnya berada di Tegalsari, Blora, Jawa Tengah.
Meski belum banyak dikenal oleh masyarakat, namun perjuangannya sangat besar dalam melawan penjajah Belanda. Bahkan, riwayat menyebutkan bahwa Pocut Meurah Intan lahir pada 1833 di Biheue, sebuah wilayah sagi XXII Mukim di bawah kekuasaan Kesultanan Aceh.
Pocut Meurah merupakan nama panggilan khusus bagi perempuan keturunan keluarga Sultan Aceh. Seperti Dilansir dari Wikipedia, Pocut Meurah Intan termasuk tokoh kesultanan Aceh yang paling anti terhadap Belanda.
Menurut sejarah, Pocut Meurah Intan memilih bercerai dengan suaminya, Tuanku Abdul Majid yang menyerah kepada Belanda. Dengan menyerahnya suami, maka Pocut Meurah Intan melanjutkan perjuangan dengan mengajak anak-anaknya ikut berjuang melawan penjajah.
Tiga putra dari pernikahan dengan Tuanku Abdul Majid, yaitu Tuanku Muhammad Batee, Tuanku Budiman dan Tuanku Nurdin. Ketiga anaknya dengan gagah berani turut berjuang melakukan perlawanan terhadap Belanda
Hingga pada Februari 1900, Tuanku Muhammad Batee tertangkap oleh pasukan Belanda di wilayah Tangse, Pidie. Kemudian, Tuanku Muhammad Batee dibuang ke Tondano, Sulawesi Utara, pada 19 April 1900 silam.
Tertangkapnya putra sulung, tak membuat Pocut Meurah Intan mundur, bahkan ia makin gencar dalam berjuang, karena cintanya dengan tanah kelahiran dan kepercayaaan pada Agama ditambah pengaruh dari cerita Hikayat Perang Sabil, membuat Pocut Meurah Intan pantang mundur.
Veltman yang ingin menolong ditolaknya. Dengan penyembuhan luka yang dilakukan sendiri, membuat Pocut Meurah Intan menderita cacat di kakinya. Semangat yang tidak pernah padam membuat Belanda menjulukinya ‘Heldhafting’ atau ‘yang gagah berani’.
Setelah sembuh, Pocut Meurah Intan bersama seorang putranya, Tuanku Budiman, dijebloskan ke penjara di Kutaraja (Banda Aceh sekarang). Sementara Tuanku Nurdin, tetap melanjutkan perjuanga,. hingga pada 18 Februari 1905, Belanda menemukan tempat persembunyian Tuanku Nurdin di Desa Lhok Kaju.
Tuanku Nurdin ditahan bersama ibu dan kakaknya. Pada 6 Mei 1905, Pocut Meurah Intan bersama kedua putranya dan seorang keluarga Sultan Aceh bernama Tuanku Ibrahim dibuang ke Blora, Jawa Tengah.
Sementara itu, Wakil Ketua II DPRK Nagan Raya, Hj. Puji Hartini, ST. MM kepada INDOJAYANEWS menyebut, kegiatan dilakukan untuk menanamkan jiwa nasionalisme dan kepahlawanan kepada generasi muda.
"Mengenalkan kepada generasi pemuda dan masyarakat Aceh bahwa di Blora juga ada makam pahlawan yakni Pocut Meurah Intan,"sebut Puji Hartini.
Selain itu, Puji Hartini juga menjelaskan bahwa Pocut Meurah Intan ialah seorang Srikandi dan pejuang dari Aceh yang di asingkan ke Blora dan meninggal disini.
"Pocut Meurah Intan adalah pahlawan wanita yang menentang Belanda layaknya Cut Nyak Dhien maupun Cut Nyak Meutia,"demikian jelas Puji Hartini.
Ziarah makam pahlawan tersebut dilakukan Puji Hartini bersama sang suami M. Isa. (Red)