IJN - Banda Aceh | Belakangan publik dikejutkan dengan adanya pemberitaan terkait sejumlah tenaga medis di Aceh yang merawat pasien virus corona (Covid-19) di Rumah Sakit Umum Daerah Zainal Abidin (RSUDZA) Banda Aceh dikabarkan mendapat perlakuan tidak menyenangkan, mereka ditolak pemilik kos dan warga saat kembali ke kediamannya.
Kabar tak baik itu pula dibenarkan oleh wakil Direktur Pelayanan RSUDZA, Endang Mutiawati. Namun, Endang tidak mengetahui secara detail di mana saja para tenaga medis tersebut tinggal atau menyewa rumah. Serta berapa total jumlah mereka keseluruhan.
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) dari Fraksi Partai Aceh Sulaiman, SE sangat disesalkan atas kejadian tersebut, menurutnya, "tidak seharusnya oknum tersebut memperlakukan tenaga medis seperti itu (menolak-red).
"Memang satu sisi masyarakat sangat trauma dan panik dengan kondisi saat ini akibat pandemi Covid-19, disisi lain petugas kemanusian tersebut juga harus diperhatikan karena mereka bekerja di Garda terdepan dengan ikhlas dan tanpa pamrih," kata Sulaiman kepada Indojayanews.com, Jum'at 10 April 2020.
"Sekarang mari kembali ke pribadi masing- masing, seandainya saat kita berobat ditolak bahkan dengan alasan yang logis misalnya, pastinya tidak kita terima, akan tetapi bagaimana dengan tenaga medis yang kita perlakukan tidak wajar itu,” ungkap Sulaiman Mantan Ketua DPRK Aceh Besar itu.
Maka dari itu, ia berharap kepada masyarakat dan juga kepada oknum yang telah melakukan penolakan terhadap tenaga medis tersebut agar tidak mengulangi lagi.
"Segera inapkan tenaga medis di hotel, kemudian kepada Pemerintah Aceh dan Dinas terkait agar segera menginapkan para tenaga medis yang bertugas selama penanganan virus ini berlangsung di hotel yang ada di Aceh," jelasnya.
“Ini wajib segera dilakukan oleh pemerintah, kalau tidak segera dilakukan, penolakan terhadap tenaga medis akan berlanjut di daerah lain," sambung Sulaiman.
“Saya mendesak pemerintah Aceh untuk menyediakan akomodasi yang layak untuk tenaga medis, banyak hotel di Banda Aceh yang kosong saat ini, sewakan untuk mereka, saya rasa tidak begitu besar biaya yang dibutuhkan untuk menyewa hotel tersebut ketimbang biaya sewa kamar untuk pelatihan aparatur negara selama ini,” ungkap Sulaiman.
Politisi Partai Aceh (PA) ini melanjutkan, pemerintah dapat melakukan pergeseran anggaran 1% saja anggaran pelatihan yang telah diplot di APBA 2020 sudah lebih dari cukup untuk membiayai kebutuhan akomodasi tenaga medis tersebut.
“Saat ini apakah pemerintah peka atau pura-pura tidak tau,itu semua sangat tergantung pada sense of crisis Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah," tutupnya.
Penulis : Hendria
Editor : Mhd Fahmi