IJN | Lhoksukon — Gampong (desa) Meunasah Rayeuk, Kecamatan Nisam Kabupaten Aceh Utara tampil sebagai juara 1 kategori pengelolaan dana desa se-propinsi Aceh. Meunasah Rayeuk berhasil mengalahkan 2 desa lainnya yang berasal dari Kabupaten Gayo Lues dan Aceh Barat.
Pengumuman pemenang kategori pengelolaan dana desa terbaik tahun anggaran 2017/2018 diserahkan oleh Plt. Gubernur Aceh Nova Iriansyah pada puncak acara Bulan Bhakti Pemberdayaan Masyarakat dan Gampong (BBPMG) Ke-I Se-Aceh Tahun 2018, di Kota Langsa, Minggu (8/7).
Atas prestasi ini, Gampong Meunasah Rayeuk berhak mendapatkan dana pembinaan sebesar Rp40 juta.
Geuchik (kepala desa-red) Meunasah Rayeuk, Tgk Munirwan kepada media ini, Senin (9/7) mengatakan hasil ini tidak terlepas dari dukungan segenap pihak.
Ia mengapresiasi dukungan dari unsur Muspika Nisam, pendamping desa, perangkat gampong dalam membantu menjalankan roda pemerintahan, serta segenap masyarakat yang turut memberikan dukungan.
Dijelaskan oleh Tgk Munirwan, sebelum pihaknya meraih juara, 3 gampong terbaik se-Aceh diseleksi. Proses penyeleksian ini diawali dengan turunnya tim Badan Pemberdayaan Gampong propinsi Aceh ke desa Meunasah Rayeuk secara tiba-tiba. Hingga penyampaian atau presentasi makalah pengelolaan dana desa.
“Pada hari Sabtu (7/7) yang lalu, 3 gampong terbaik se-Aceh diminta untuk mempresentasikan makalah tentang pengolaan dana masing-masing gampong” tutur alumnus Dayah Mudi Mesra Samalanga ini.
“Besoknya, atau hari Minggu diumumkanlah pemenang. Alhamdulillah, Gampong Meunasah Rayeuk tampil sebagai yang terbaik” sambung Tgk Munirwan bangga.
Menurutnya, indikator penilaian terbesar yang diperoleh pihaknya adalah alokasi dana desa untuk Badan Usaha Milik Gampong (BUMG) Makmu Sejahtera.
Dirincikan, dalam aplikasinya, Gampong Meunasah Rayeuk benar-benar mengelola BUMG dengan profesional. Hasil ini dibuktikan dengan pengakuan oleh Kementerian Desa dengan memasukkan BUMG (BUMDes) Makmu Sejahtera sebagai salah satu BUMG terbaik se-Nusantara.
“Kami menyediakan seluruh kebutuhan petani untuk turun ke sawah mulai dari bibit, pupuk hingga obat-obatan. Semuanya dalam bentuk utang dan baru dibayar masyarakat jika musim panen tiba. Itu kita dokumentasikan dalam bentuk surat perjanjian,” lanjutnya.
Selain memberi modal bagi petani, pihaknya juga mendatangkan tenaga penyuluh untuk konsultasi.
“Semua kita lakukan atas instruksi Presiden Joko Widodo yang meminta dana desa benar-benar dirasakan oleh masyarakat, bukan hanya mengedepankan infrastruktur” sambungnya.
Masih menurut Keuchik Wan, demikian ia akrab dipanggil, pihaknya juga telah berhasil mengembangkan jenis padi varietas IF8.
“Jika rata-rata hasil padi per hektar menghasilkan 7 ton, tapi dengan IF8 ini kita berhasil mendongkrak hasil panen menjadi 11,5 ton” ujarnya.
Namun, keberhasilan ini sebut Keuchik Wan tidak bisa datang serta-merta. “Perlu konsistensi dan dukungan serta kekompakan seluruh pihak” sebut Geuchik Wan.
Atas hasil yang diraih, ia berharap prestasi ini akan tetap bisa dipertahankan serta ditingkatkan.
“Saya masih baru menjabat sebagai geuchik, masih banyak yang perlu kita perbaiki. Semoga ke depan bisa lebih baik lagi” demikian Geuchik Wan. (***)