25 Jun 2025 | Dilihat: 181 Kali
Keren, Napi Lapas Meulaboh Sulap Limbah PLTU jadi Batako
Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Meulaboh terus berinovasi dalam membina kemandirian kepada warga binaannya. Foto. Hendria/IJN
IJN - Meulaboh | Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh, terus berinovasi dalam membina kemandirian kepada warga binaannya.
Hal tersebut ditandai dengan penandatanganan kerja sama antara Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Nusantara Power Unit Pembangkit Nagan Raya dengan Lapas Meulaboh.
Hasilnya, Narapidana Lapas Meulaboh berhasil memanfaatkan, mengolah Fly Ash dan Bottom Ash (FABA) yang merupakan limbah dari PLTU yang disulap hingga mempunyai nilai jual sebagai bahan baku dalam memproduksi Batako.
Kepala Lapas (Kalapas) Kelas IIB Meulaboh, Tendi Kustendi mengatakan, pembinaan ini merupakan keberhasilan Lapas Meulaboh dalam mendukung 13 program akselerasi Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan khususnya di poin ke 3 (tiga) yaitu melakukan penguatan dan peningkatan pendayagunaan warga Binaan untuk menghasilkan Produk UMKM.
“Dukungan ini kami lakukan dengan memanfaatkan material FABA yang dihasilkan pembakaran PLTU Nagan Raya yang kemudian disulap oleh narapidana kami, hingga memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan berkualitas contohnya seperti memproduksi batako ini," jelas Tendi.
Lebih lanjut, Kalapas turut mengapresiasi dukungan dari PLTU Nusantara Power Unit Pembangkit Nagan Raya yang telah membuka akses pemanfaatan FABA menjadi produk yang bermanfaat.
“Ini bukan hanya tentang keterampilan teknis, tetapi juga harapan dan kesempatan kedua bagi para Warga Binaan untuk kembali ke masyarakat dengan bekal nyata,"ujarnya.
Sementara itu, Kasubsi Kegiatan Kerja, Denni Hs menyatakan bahwa pemanfaatan limbah PLTU ini sangat potensial dan merupakan inovasi yang menjanjikan dalam pemanfaatan limbah serta sangat mendukung kegiatan kerja di Intansi kami yang berkelanjutan.
Dalam sehari, Tenaga kerja yaitu Warga Binaan Lapas Meulaboh bisa memproduksi sebanyak 250 batako sehingga beberapa konsumen yang telah memesan jauh-jauh hari bisa terpenuhi pesanannya.
“Dengan memanfaatkan FABA, selain biaya yang lebih murah dan efesien dari bahan baku pasir dan semen juga mempunyai hasil berkualitas serta bernilai dan tentunya memberikan dampak positif dalam pengembangan program pelatihan berbasis keterampilan,”demikian tutup Denni.
Penulis: Hendria Irawan
Editor: Redaksi