03 Ags 2020 | Dilihat: 937 Kali

Aktivis Referendum: Rakyat Aceh Percaya Covid-19, Hanya Ragu Dengan Kinerja Pemerintah

noeh21
      
IJN - Banda Aceh | Sebuah pemberitaan yang menyebut 8 dari 10 warga Aceh tidak percaya kepada Covid-19 menghebohkan sejumlah kalangan. Berita yang dipublish salah satu media nasional itu menuai berbagai tanggapan dan komentar masyarakat.

Salah satunya, dari mantan Aktivis Referedum Aceh 1999, Darnisaf Husnur. Kepada Media, Senin, 3 Agustus 2020, pria akrab disapa Bang Saf itu menyanggah bahwa masyarakat Aceh tidak percaya pada pandemi Covid-19.

"Kita percaya bahwa Covid-19 itu ada. Seperti penyakit dan virus lainnya, semua orang pasti percaya itu (Covid 19) ada di Aceh,"kata Bang Saf.

Tapi, Ia mengungkapkan, yang diragukan oleh rakyat Aceh adalah kinerja Pemerintah dalam menanggaulangi bencana nasional tersebut. Dirinya menilai bahwa kerja Pemerintah Aceh masih terkesan pura-pura alias kurang serius.

"Pura-pura bekerja dengan keras agar tidak ada warga yang terpapar Covid-19 di Aceh. Masyarakat disuruh duduk saja di rumah, tidak keluar rumah kecuali mendesak. Masalahnya, semua orang mendesak keluar rumah karena ingin mencari nafkah kepada keluarga,"ungkapnya.

Bang Saf juga mengomentari mengenai keseriusan Pemerintah Aceh menjaga ketat perbatasan Aceh-Sumut maupun tes swab kepada pendatang via Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM), Blang Bintang, Aceh Besar.

Semestinya, kata Bang Saf, setiap orang yang datang ke Aceh harus diperiksa secara ketat dan diharuskan menjalani karantina selama 14 hari seperti protokol awal yang dilakukan sebelumnya.

Alih-alih menjalankan karantina terhadap orang lain, kata Bang Saf, oknum pejabat saja bisa bebas keluar-masuk Aceh diduga tanpa pemeriksaan ketat apalagi menjalani proses karantina selama 14 hari.

"Kita juga melihat Pemerintah Aceh sangat sibuk menyampaikan berbagai himbauan melalui baliho-baliho besar di setiap sudut kota, menghabiskan banyak sekali anggaran tapi tidak berguna," katanya.

Bang Saf menyarankan, Pemerintah Aceh bisa bekerja lebih cerdas dan nyata untuk melindungi rakyat dari paparan virus mematikan tersebut. "Harus ada kebijakan yang tepat, tegas dan realistis, bukan sekedar himbauan semata hanya untuk menghabiskan anggaran melalui baliho-baliho,"ucapnya.

Sebab, lanjut Bang Saf, tulisan di baliho tidak dibaca oleh masyarakat yang sedang berkendara. Masyarakat hanya melihat gambar saja, sedangkan isinya tidak sempat terbaca. Sehingga, pesan yang ingin disampaikan tidak sampai kepada masyarakat.

"Apalagi, baliho-baliho besar itu hanya ada di kota, sementara warga yang ada di desa tidak melihat himbauan Pemerintah. Maka aneh rasanya kalau masyarakat dianggap tidak percaya pada Covid-19 yang sekarang mewabah di seluruh Aceh,"imbuhnya.

Selain itu, Bang Saf juga mengajak Pemerintah bersinergi bersama Ulama dalam menghimbau tentang bahaya Covid-19, dan masyarakat Aceh untuk hidup sehat, serta selalu berdoa, agar Allah menjauhkan virus mematikan itu dari Tanah Serambi Mekkah. 

"Tentunya dengan usaha melalui kebijakan Pemerintah Aceh menutup sementara Aceh dari kunjungan orang dari luar,"demikian Tutup Bang Saf.

Untuk diketahui, baru-baru ini penyebaran Covid-19 di Aceh kasusnya mulai meningkat signifikan. Padahal, sebelumnya Aceh sempat dikategorikan zona hijau atau sebagai daerah dengan penanganan covid terbaik, saat Pemerintah memberlakukan lockdown. (Ril)
Sentuh gambar untuk melihat lebih jelas
Sentuh gambar untuk melihat lebih jelas