IJN - Aceh | Anggota DPR RI asal Aceh Rafli Kande bersama rombongan dari pengusaha dan eksportir Aceh, mendatangi Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM) Blang Bintang, Aceh Besar, dalam rangka mendapatkan informasi terkait kendala yang dihadapi pihak penerbangan di Aceh.
Kunjungan Rafli pada Selasa 3 Maret 2020 itu bertemu dan beraudiensi dengan manajemen Angksa Pura II. Rafli dan rombongan diterima langsung oleh Executive General Manager PT Angkasa Pura II (Persero) Cabang Bandara SIM, Indra Gunawan.
Dalam kesempatan itu, Rafli mempertanyakan kendala yang dihadapi oleh pihak pengelola Bandara SIM, yang diduga selama ini punya kendala dan menyebabkan terhambatnya proses ekspor dari Aceh ke luar negeri.
"Kita harap aktivitas ekspor-impor terbuka lebar di Bandara SIM, tentu saja dukungan dari semua elemen, terutama peran dalam peningkatan kualitas produksi dan kemasan dari pelaku usaha," kata Rafli yang saat ini menjabat sebagai anggota Komisi VI DPR RI.
Hadir pada kesempatan itu Kepala Kanwil Bea Cukai Aceh, Safuadi, pihak Imigrasi, unsur Karantina dan sejumlah pengusaha. Turut hadir pengusaha asal negeri jiran Malaysia, yang berharap pertemuan tersebut menghasilkan solusi dan kemudahan proses ekspor-impor masa depan untuk Aceh dan Malaysia.
Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Itu mengajak, agar pelaku usaha dari Aceh maupun pengusaha dari Malaysia untuk menggunakan pesawat kargo dan membuka jalur ekspor-impor via Bandara SIM.
"Kita yakin pelaku usaha dari Aceh bahkan Malaysia akan diuntungkan jika memanfaatkan peluang, dan menggunakan kargo (SIM) untuk aktivitas ekspor-impor," harap Rafli.
Baca: Kabar Gembira, Bambu Aceh Mulai Dibeli dan Diekspor ke Luar Negeri
Berdasarkan informasi yang diperoleh Media INDOJAYANEWS.COM, kunjungan Rafli ke Bandara SIM bertemu dengan pihak Angkasa Pura II, merupakan respon atas berbagai keluhan yang disampaikan para pengusaha dan eksportir Aceh.
Baru-baru ini, Kantor Wilayah Bea Cukai Aceh juga baru menyelenggarakan kegiatan diskusi dan pertemuan dengan stakeholder terkait di Aceh, membicarakan berbagai persoalan terkait kondisi ekspor produk Aceh ke luar negeri.
Banyak hal yang dibahas, mulai dari ribetnya pengurusan dokumen dan administrasi, harus menggunakan titik ekspoir Medan, Sumatera Utara, hingga kendala kargo yang dihadapi. Berbagai masalah itu menjadikan pengusaha dan eksportir Aceh mengalami hambatan mengirim produk unggulan seperti daging tuna segar, kopi dan berbagai hasil alam Aceh lainnya ke luar negeri.
Baca: Potensi Ekspor Sangat Besar, Aceh Butuh Pesawat Khusus
Sedangkan kondisi PT Angkasa Pura II sendiri, berdasarkan penelusuran Media INDOJAYA, dalam beberapa tahun terakhir terus mengalami kerugian. Seperti, pada 2017 lalu, AP II mengalami kerugian Rp 38 miliar, berlanjut pada 2018 juga mengalami kerugian Rp 42 miliar. Dan menurut informasi yang diperoleh usai pertemuan dengan Rafli, tahun 2019 lalu Angkasa Pura juga mengalami kerugian sekitar Rp 37 miliar.
Salah satu Pengusaha Aceh yang juga Eksportir produk kopi dari Donya Kupie, Usuluddin, MBA., Ph.D Can, yang diwawancara Media INDOJAYA, Rabu 4 Maret 2020 di Cafe Donya Drop Daruet, Jalan Syiahk Kuala, Lamdingin, Banda Aceh, mengaku, ia sebagai salah satu eksportir kopi dari Aceh, merasa senang karena mendapat respon baik dan cepat dari Anggota DPR RI Rafli Kande.
"Kita sangat apresiasi, karena dengan respon dan langkahnya menemui langsung pihak penerbangan, kita berharap kedepan bakal ada kemudahan bagi pengusaha dan eskportir Aceh mengirim barang ke luar negeri menggunakan kargo pesawat langsung dari Aceh," harap usuluddin.
Pimpinan CV Donya Ekonomi Aceh (DEA) itu juga membeberkan, selama ini para pengusaha dan eksportir Aceh selalu menggunakan jalur Medan, Sumatera Utara untuk mengirim komoditas Aceh ke luar negeri, baik via laut maupun udara. Padahal katanya, potensi ekspor dari Aceh sangat besar.
"Kita punya banyak hasil alam dan produk yang diminati dunia luar. Seharusnya Aceh siap dan Pemerintah turun tangan untuk mempermudah urusan ekspor. Karena selama ini kita bergerak sendiri-sendiri tanpa bantuan dari siapa-pun," ungkapnya.
Lebih lanjut, Usuluddin memaparkan, dengan memanfaatkan potensi ekspor langsung dari Aceh, bakal memudahkan pengusaha Aceh mengirim barang ke luar negeri. "Bukan itu saja, ekspor-impor ini juga bakal menguntungkan bagi Aceh. Mampu menambah pendapatan asli daerah (PAD) kita, produk Aceh juga lebih dikenal di dunia, dan tentunya ekonomi Aceh kedepan juga bakal lebih hidup," paparnya.
Baca juga: Pengusaha Aceh Ungkap Kenapa Aceh Sulit Bersaing
Usuluddin menegaskan, Pemerintah Aceh seharusnya hadir untuk mempermudah dunia usaha dan ekonomi Aceh. Peran dan tanggung jawab Pemerintah membantu para pengusaha di Aceh dianggap sangat penting untuk mewujudkan perubahan.
"Karena itu, kita juga berharap semua pihak terutama dinas terkait agar bersinergi untuk memudahkan urusan ini. Bukan tidak mungkin, terbukanya pintu ekspor langsung dari Aceh, kedepan bakal mengeluarkan Aceh dari posisi daerah termiskin di Sumatera," demikian kata Usuluddin.
Penulis: Hidayat. S